Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi starbucks (unsplash.com/Athar Khan)
Ilustrasi starbucks (unsplash.com/Athar Khan)

Intinya sih...

  • Ketentuan joint venture dan kepemilikan saham: Boyu Capital memegang 60 persen saham, Starbucks tetap mempertahankan 40 persen saham dan hak lisensi merek. Boyu akan mempercepat pertumbuhan Starbucks di China, terutama di kota-kota kecil dan wilayah baru.

  • Alasan penjualan Starbucks: Persaingan ketat di pasar kopi China yang terus berubah. Pangsa pasar Starbucks turun akibat kompetisi dari merek lokal dan perubahan preferensi konsumen.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Starbucks mengumumkan kesepakatan penting dengan Boyu Capital untuk menjual kendali operasional bisnisnya di China dalam sebuah transaksi bernilai 4 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp66,7 triliun. Langkah ini menandai perubahan besar strategi bisnis Starbucks di pasar China yang sangat kompetitif.

Kesepakatan tersebut membentuk joint venture baru, di mana Boyu Capital memegang 60 persen saham, sedangkan Starbucks tetap mempertahankan 40 persen saham serta hak lisensi merek dan kekayaan intelektual. Kolaborasi ini diharapkan bisa memperkuat posisi Starbucks di China melalui dukungan mitra lokal yang berpengalaman.

1. Ketentuan joint venture dan kepemilikan saham

Halaman depan gerai Starbucks (unsplash.com/visual darpan)

Starbucks dan Boyu Capital resmi membentuk joint venture yang menjalankan 8 ribu gerai Starbucks di China. Boyu membeli 60 persen saham kepemilikan usaha tersebut berdasarkan valuasi bisnis tanpa kas dan utang senilai 4 miliar dolar AS (Rp66,7 triliun).

Meskipun demikian, Starbucks tetap memegang merek dagang dan hak kekayaan intelektual, yang terus dilisensikan ke entitas baru ini.

"Boyu dengan pengetahuan lokal yang mendalam akan mempercepat pertumbuhan kami di China, terutama di kota-kota kecil dan wilayah baru," kata Brian Niccol, CEO Starbucks, dilansir Channel News Asia.

2. Alasan penjualan Starbucks

logo Starbucks (pexels.com/Hendry and Co.)

Keputusan menjual kendali bisnis ini dilakukan di tengah persaingan ketat di pasar kopi China yang terus berubah. Pangsa pasar Starbucks di China turun dari 34 persen pada 2019 menjadi sekitar 14 persen pada 2024, terdampak oleh kompetisi dari merek lokal seperti Luckin Coffee dan Cotti Coffee.

Selain itu, perubahan preferensi konsumen akibat kondisi ekonomi turut mempengaruhi penjualan Starbucks. Perusahaan berencana menggunakan mitra lokal untuk memperkuat relevansi dan inovasi produk di pasar yang sangat dinamis tersebut.

"Kami menemukan mitra yang berbagi komitmen kami terhadap pengalaman pelanggan dan layanan kelas dunia," kata Niccol, dilansir CNN.

3. Proyeksi nilai dan rencana bisnis ke depan

Starbucks (unsplash.com/Hiroko Nishimura)

Starbucks memperkirakan total nilai bisnis ritelnya di China akan melampaui 13 miliar dolar AS (Rp216,8 triliun). Ini mencakup hasil penjualan saham pengendali, nilai saham yang masih dimiliki Starbucks sebesar 40 persen, dan nilai lisensi yang akan diterima dalam 10 tahun ke depan atau lebih.

Dengan posisi perusahaan pusat yang tetap di Shanghai, Starbucks menargetkan perluasan gerai hingga 20 ribu outlet di masa mendatang.

"Kemitraan ini mencerminkan keyakinan kami terhadap kekuatan merek dan kesempatan untuk membawa inovasi serta relevansi lokal lebih besar bagi pelanggan di seluruh China," ujar Alex Wong, Partner Boyu Capital, dilansir NRN.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team