Transaksi QRIS Tumbuh 28,38 Persen per Agustus

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi QRIS mencapai Rp5.098,46 triliun per Agustus 2023.
"Capaian tersebut tumbuh 28,38 persen (yoy), dengan jumlah pengguna 40,05 juta dan jumlah merchant 28,38 juta yang sebagian besar merupakan UMKM," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo dikutip dari keterangan tertulis Jumat (22/9/2023).
1. Transaksi uang elektronik tembus Rp38,51 triliun

Bank Indonesia berkomitmen terus mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama sistem pembayaran antarnegara. Hal ini untuk mendorong inklusi ekonomi keuangan serta perluasan ekonomi dan keuangan digital.
"Nilai transaksi Uang Elektronik (UE) pada Agustus 2023 meningkat sebesar 8,62 persen (yoy) sehingga mencapai Rp38,51 triliun," jelasnya.
2. Nilai transaksi pakai kartu ATM, debit dan kredit turun 6 persen

Sementara itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit mencapai Rp679,16 triliun atau turun sebesar 6,00 persen (yoy).
Dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada Agustus 2023 meningkat 4,66 persen (yoy) sehingga menjadi Rp944,70 triliun.
3. Kredit perbankan tumbuh 9,06 persen

Perry warjiyo menyampaikan, kredit perbankan pada Agustus 2023 tumbuh 9,06 persen secara year on year (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,54 persen (yoy).
"Pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh kinerja sektor jasa dunia usaha, perdagangan, dan jasa sosial," kata Perry Warjiyo.
Sementara itu, pertumbuhan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga membaik mencapai 8,9 persen (yoy), terutama berasal dari segmen mikro.
Lebih lanjut, ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga. Permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) mencapai 27,44 persen pada Juli 2023.
Risiko kredit terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) sebesar 2,51 persen (bruto) dan 0,8 persen (neto) pada posisi yang sama.
"Ke depan, Bank Indonesia terus memastikan kecukupan likuiditas perbankan, termasuk melalui kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM), untuk mendorong kredit/pembiayaan dunia usaha," tegasnya.