PMI Manufaktur Indonesia Februari Turun Tipis Menjadi 51,2 

PMI manufaktur lanjutkan perbaikan 18 bulan berturut

Jakarta, IDN Times - S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Februari 2023 berada di level 51,2. Angka ini menurun 0,1 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 51,3.

Oleh karena itu, PMI manufaktur Indonesia melanjutkan perbaikan kondisi sektor manufaktur menjadi 18 bulan berturut-turut meskipun laju perbaikannya masih dalam tingkat sedang.

Baca Juga: Industri Manufaktur RI Ekspansif 17 Bulan Berturut-turut, Kalahkan AS!

1. Kondisi manufaktur stabil

PMI Manufaktur Indonesia Februari Turun Tipis Menjadi 51,2 Unsplash/Patrick Hendry

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan mengatakan, PMI Mnaufaktur Indonesia pada Februari 2023 tersebut menunjukkan bahwa kondisi sektor manufaktur terus membaik pada laju stabil.

Produksi manufaktur yang lebih tinggi didukung oleh meningkatnya pesanan baru dan penyelesaian pekerjaan yang menumpuk di bulan Februari.

"Perusahaan juga meningkatkan aktivitas pembelian mereka, tetapi mempertahankan kehati-hatian sehubungan dengan perekrutan. Sementara kendala pasokan mereda seiring dengan membaiknya kinerja perusahaan, sementara inflasi harga input menurun. Namun, tingkat kepercayaan bisnis secara keseluruhan turun dilevel terendah selama 33 bulan,"ucapnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/3/2023).

Baca Juga: Luhut: PMI Manufaktur RI Tertinggi di ASEAN dan Lampaui China

2. PMI manufaktur disokong permintaan

PMI Manufaktur Indonesia Februari Turun Tipis Menjadi 51,2 pexels.com/Lukas

Laju PMI Manufaktur tersebut masih disokong oleh permintaan domestik lantaran permintaan asing masih dalam proses pemulihan. Kondisi permintaan eksternal yang lambat masih membebani penjualan asing.

"Permintaan domestik dilaporkan menguat mendukung pertumbuhan manufaktur output, karena permintaan asing masih dalam proses pemulihan," ujar Jingyi Pan.

Selain itu, aspek positif lainnya dari kinerja PMI Manufaktur Indonesia pada Februari 2023 ini menunjukkan bahwa gangguan rantai pasok semakin berkurang. Ini tercermin dari waktu pengiriman barang ke supplier yang lebih cepat serta inflasi biaya input yang juga mereda.

"Keduanya menggambarkan tekanan dari sisi pasokan berkurang. Ini juga membantu menjaga inflasi harga jual barang relatif ringan pada bulan Februari, memberikan ruang gerak bagi bank sentral Indonesia untuk bermanuver," katanya.

 

Baca Juga: Investasi di Sektor Manufaktur Naik 38 Persen, Tembus Rp230 Triliun 

3. Meredanya tekanan sisi penawaran

PMI Manufaktur Indonesia Februari Turun Tipis Menjadi 51,2 Pixabay/emirkrasnic

Di samping itu, inflasi biaya input juga melemah, semuanya mencerminkan berkurangnya tekanan sisi penawaran. Hal ini juga membantu mengurangi menjaga inflasi harga jual barang relatif rendah di Februari, memberi bank sentral Indonesia lebih banyak ruang untuk bermanuver.

Secara keseluruhan, Ia melihat, sentimen di sektor manufaktur Indonesia masih bertahan positif pada bulan Februari. Hal ini dikarenakan industri manufaktur terus berharap bahwa kondisi pengoperasian akan membaik dan mendukung kenaikan output pada tahun mendatang. Hanya saja, tingkat optimisme turun ke posisi terendah sejak Mei 2020.

"Penurunan kepercayaan diri bisnis ke posisi terendah dalam kurun waktu tiga tahun sangat mengkhawatirkan. Ini merupakan kunci agar kondisi lebih baik, termasuk permintaan asing, untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri perusahaan," ujarnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya