Wamen BUMN Minta Bank Aktif Salurkan Kredit Proyek Hijau

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, meminta perbankan aktif menyalurkan kredit untuk proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT).
Langkah ini perlu dilakukan untuk mewujudkan zero emisi karbon 2050.
"Tentu ini peran para perbankan, bagaimana memberikan persyaratan mengarahkan dan memberikan bunga lebih murah untuk pengusaha-pengusaha yang ingin menurunkan emisinya dalam jangka pendek," jelas Tiko, sapaan akrabnya, dalam kegiatan Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024, Jumat (22/12/2023).
1. Banyak perusahaan skala dunia tertarik masuk ke Indonesia

Ia menjelaskan, dari sisi permodalan, banyak perusahaan energi skala dunia yang masuk ke Indonesia.
Diketahui, pemerintah baru meresmikan power plant di Cirata dengan kapasitas 192 megawatt peak (MWp) atau yang terbesar ketiga di dunia dan terbesar di Asia.
Bahkan, perusahaan energi terbarukan asal Uni Emirat Arab, Masdar dan PLN telah menyepakati rencana pengembangan kapasitas PLTS Terapung Cirata.
"Sisi equity banyak perusahaan renewable skala dunia yang tertarik untuk masuk ke Indonesia," ucap Tiko.
2. Pemerintah bakal buat blok bidding kapasitas besar

Meski demikian, ia tak menampik bahwa masih ada dua tantangan untuk mengakselerasi transisi energi berkaitan dengan demand dan suplai.
Untuk mengatasi itu, pemerintah akan memberikan bidding atau penawaran pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT) dalam kapasitas yang besar atau tidak lagi dalam skala yang kecil. Dengan tujuan untuk mempercepat transisi energi melalui pembangkit renewable energy.
"Tapi kita ingin bikin blok bidding kapasitas pembangkit 1-1 Giga Watt (GW) sehingga skala dapat dan percepatan kejar 24 giga renwable bisa terjadi dalam 10 tahun ke depan. Ini tantangannya adalah pembiayaan dalam skala besar dengan jangka panjang dan tentunya dalam dolar AS," jelas Tiko.
3. Belum ada pendanaan dalam negeri lewat dolar AS

Menurutnya, hingga saat ini, belum ada pendanaan dalam negeri berbentuk dolar AS, khususnya untuk pinjaman jangka panjang sehingga pemerintah tengah berupaya untuk mencari pendanaan internasional.
"Kita harus bisa meng-engagement internasional multirateral, ESI, banking community, serta skema, dan lain sebagainya, supaya ada full of fund jangka panjang yang berskala besar," ucap Kartiko.