Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Akuntansi Syariah dan Konvensional, Lengkap dan Praktis

ilustrasi perbedaan akutansi syariah dan konvensional (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi perbedaan akutansi syariah dan konvensional (pexels.com/Ron Lach)
Intinya sih...
  • Akuntansi konvensional berdasarkan prinsip profit-oriented dengan tujuan menciptakan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi.
  • Akuntansi syariah mengedepankan keadilan dan melarang pencatatan bunga karena dianggap riba, serta menambahkan laporan Zakat dan kepatuhan syariah.
  • Akuntansi konvensional fokus pada kinerja keuangan, sedangkan akuntansi syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah dan mengintegrasikan nilai-nilai moral dan sosial.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia bisnis dan keuangan, akuntansi memegang peran penting sebagai alat pencatat dan pengendali aktivitas ekonomi. Namun, tidak semua sistem akuntansi dibuat dengan prinsip yang sama.

Salah satu pembahasan menarik dalam konteks ini adalah perbedaan akuntansi syariah dan konvensional, terutama jika kamu ingin memahami pendekatan keuangan dari sisi prinsip Islam dibandingkan dengan pendekatan umum yang digunakan secara global.

Tulisan ini akan mengajak kamu menyelami perbedaan utama antara dua sistem akuntansi tersebut, mulai dari prinsip dasar, pencatatan transaksi, hingga pelaporan keuangan, akuntansi syariah dan konvensional memiliki perbedaan yang cukup signifikan, terutama dalam hal orientasi, tujuan, dan nilai-nilai yang mendasarinya. Yuk, bahas satu per satu!


1. Prinsip dasar dan tujuan akuntansi

ilustrasi transaksi bisnis (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi transaksi bisnis (pexels.com/Yan Krukau)

Akuntansi konvensional didasarkan pada prinsip profit-oriented yang menekankan pada keuntungan finansial dan kepentingan pemilik modal. Sistem ini bertujuan menciptakan laporan keuangan yang andal untuk pengambilan keputusan ekonomi.

Dalam praktiknya, tidak ada batasan terkait jenis transaksi selama transaksi tersebut sah secara hukum dan memberikan keuntungan. Model ini secara umum mengadopsi prinsip Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau International Financial Reporting Standards (IFRS).

Sebaliknya, akuntansi syariah berakar pada prinsip-prinsip Islam dan mengedepankan keadilan serta keberkahan dalam bermuamalah. Tujuan utamanya bukan semata mencari keuntungan, tetapi menjaga kesesuaian kegiatan ekonomi dengan hukum syariah, seperti larangan riba (bunga), gharar (ketidakjelasan), dan transaksi yang mengandung unsur spekulasi. Oleh karena itu, akuntansi syariah tidak hanya mengukur aspek ekonomi, tetapi juga dimensi sosial dan moral transaksi.


2. Pendekatan terhadap bunga dan risiko

ilustrasi pinjaman bank yang disetujui (pixabay.com/ccfb)
ilustrasi pinjaman bank yang disetujui (pixabay.com/ccfb)

Salah satu perbedaan paling mencolok adalah pandangan terhadap bunga atau interest. Dalam akuntansi konvensional, bunga merupakan elemen sah dalam laporan keuangan, baik sebagai beban maupun pendapatan.

Misalnya, perusahaan dapat mengakui pendapatan bunga dari investasi atau membukukan beban bunga dari pinjaman bank. Prinsip ini dianggap logis karena bunga dianggap sebagai cost of capital yang wajar, dari Morgan Stanley Investment Management.

Sebaliknya, akuntansi syariah secara tegas melarang pencatatan dan pengakuan bunga karena dianggap riba, yang diharamkan dalam Islam. Dalam transaksi pembiayaan syariah seperti murabahah atau ijarah, keuntungan tidak dicatat sebagai bunga, tetapi sebagai margin keuntungan atau sewa yang telah disepakati sejak awal. Ini menuntut pencatatan dan pengungkapan yang sangat berbeda dari praktik konvensional, karena risiko ditanggung secara proporsional berdasarkan akad.


3. Struktur pelaporan keuangan

ilustrasi membuat laporan keuangan (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi membuat laporan keuangan (pexels.com/RDNE Stock project)

Struktur laporan keuangan dalam akuntansi konvensional terdiri dari laporan laba rugi, neraca, arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. Fokusnya pada kinerja keuangan yang mencerminkan nilai ekonomi perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Informasi disajikan seobjektif mungkin dengan mengedepankan transparansi untuk pemangku kepentingan seperti investor, kreditor, dan regulator.

Sedangkan dalam akuntansi syariah, pelaporan keuangan tidak hanya mencakup laporan keuangan konvensional, tetapi juga menambahkan laporan Zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan (qardh hasan), serta laporan kepatuhan syariah. Hal ini dikarenakan entitas berbasis syariah memiliki kewajiban sosial yang tidak ditemukan dalam sistem konvensional. Laporan ini bertujuan menunjukkan bahwa aktivitas bisnis sesuai syariah dan memberi manfaat kepada masyarakat luas.


4. Peran dewan pengawas dan kepatuhan syariah

ilustrasi audit (pixabay.com/Tumisu)
ilustrasi audit (pixabay.com/Tumisu)

Dalam sistem akuntansi konvensional, pengawasan dilakukan oleh auditor internal dan eksternal berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Tidak ada badan khusus yang mengawasi dari sudut pandang etika atau keagamaan. Tujuan audit lebih difokuskan pada kebenaran data, kepatuhan terhadap regulasi keuangan, dan validitas keputusan bisnis.

Berbeda dengan itu, akuntansi syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (Sharia Supervisory Board) yang bertanggung jawab memastikan semua transaksi dan laporan mematuhi prinsip Islam, jurnal dari Universitas Islam Indonesia (2024). Dewan ini tidak hanya memverifikasi kesesuaian akad, tapi juga menilai apakah seluruh praktik bisnis perusahaan benar-benar halal. Dengan demikian, fungsi audit dalam akuntansi syariah lebih kompleks karena mencakup aspek keuangan sekaligus hukum agama.


5. Etika akuntansi dan tujuan sosial

ilustrasi melihat financial report berdasarkan akutansi konvensional (pexels.com/Artem Podrez)
ilustrasi melihat financial report berdasarkan akutansi konvensional (pexels.com/Artem Podrez)

Akuntansi konvensional bersifat netral dalam hal etika karena berfokus pada akurasi keuangan, kepatuhan terhadap standar, dan melayani kebutuhan informasi investor dan regulator. Akuntansi konvensional tidak secara inheren memprioritaskan pertimbangan etika atau tujuan sosial yang lebih luas dalam kerangka intinya. 

Akibatnya, akuntansi konvensional mungkin mengabaikan dampak sosial dan moral dari aktivitas bisnis kecuali kebijakan eksternal menuntut pengungkapan atau tindakan etis. Perspektif ini didukung oleh studi akademis seperti Gray et al. (1996), yang berpendapat bahwa pelaporan keuangan tradisional sering kali gagal untuk mengatasi akuntabilitas di luar pemangku kepentingan ekonomi.

Sebaliknya, akuntansi syariah mengintegrasikan nilai-nilai moral dan sosial dalam setiap aspek pencatatan dan pelaporan. Misalnya, perusahaan berbasis syariah harus menyisihkan sebagian keuntungannya untuk zakat dan kegiatan sosial lainnya. 

Dalam hal ini, akuntansi syariah bertujuan menciptakan maslahah atau kemaslahatan umum, bukan hanya keuntungan individu atau pemegang saham, penelitian dari Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Dengan demikian, etika dan akuntansi dalam sistem syariah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. 

Dari penjelasan di atas, kamu bisa melihat bahwa perbedaan akuntansi syariah dan konvensional tidak hanya terletak pada cara pencatatan, tetapi juga menyangkut filosofi, tujuan, dan nilai dasar yang menjadi landasannya. Sistem konvensional menekankan efisiensi ekonomi dan kepatuhan terhadap aturan formal, sedangkan sistem syariah menekankan kesesuaian terhadap prinsip agama dan keberkahan dalam transaksi. Memahami keduanya akan membantumu memilih pendekatan yang paling sesuai dengan tujuan usaha atau prinsip hidup kamu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us