Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Deposito Masih Oke sebagai Investasi saat Suku Bunga Turun?

Ilustrasi (IDN Times/Mia Amalia)
Ilustrasi (IDN Times/Mia Amalia)

Jakarta, IDN Times - Penurunan suku bunga deposito ikut berimbas pada imbal hasil deposito di berbagai bank, baik itu bank BUKU I, II, III, dan IV. Deposito sampai saat ini menjadi salah satu instrumen investasi yang diminati oleh sejumlah kalangan lantaran aman dan bisa menghasilkan imbal hasil tetap.

Berdasarkan informasi dari Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) dan J Trust Bank yang dipublikasikan Kontan pada 23 Oktober 2020, bunga deposito tertinggi untuk periode jatuh tempo 12 tahun adalah 5,63 persen. Bunga tersebut ditawarkan oleh salah satu Bank Buku III yaitu Bank Bukopin. Di posisi kedua, ada Bank Mayora dengan bunga 5,38 persen dan diikuti oleh J Trust Bank dengan besaran yang sama.

Bank-bank raksasa BUKU IV yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia 46 serta Bank Central Asia, justru menawarkan suku bunga deposito yang jauh lebih kecil, yaitu di kisaran 3 persenan baik untuk satu hingga 12 bulan.

Dengan penurunan suku bunga, apakah deposito masih menarik untuk berinvestasi? Dikutip dari Lifepal.co.id, berikut ulasannya.

1. Pilih deposito yang menawarkan imbal hasil di atas inflasi

Ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Deposito merupakan investasi yang aman karena simpanan ini dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) jika jumlah simpanannya maksimal Rp2 miliar. Namun patut diketahui pula bahwa pajak yang diberlakukan untuk deposito adalah 20 persen dan bersifat final.

Salah satu tujuan seseorang berinvestasi adalah agar dana yang dimiliki terus bertumbuh dan tidak tergerus inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode. Berkaca pada inflasi di Indonesia, imbal hasil simpanan deposito yang ditawarkan saat ini memang masih bisa mengalahkan inflasi.

Tingkat inflasi tahun kalender yang dihitung dari Januari hingga September 2020 adalah 0,89 persen. Namun jika melihat rata-rata inflasi tahunan di Indonesia dari 2010 ke 2020, rata-rata inflasi adalah 4,41 persen per tahun.

Fakta ini menunjukkan bahwa pada 2020, bunga deposito yang ditawarkan bank besar seperti bank BUKU IV masih bisa mengungguli inflasi tahun kalender. Namun tidak mengungguli rata-rata inflasi tahunan dari 2010 hingga 2020.

Jika kamu memang berniat menyetorkan uang ke deposito, maka pilihlah bank lain yang menawarkan bunga setidaknya 5 persenan.

2. Manfaatkan imbal hasil deposito untuk memperbaiki arus kas bulanan

Ilustrasi anggaran (IDN Times/Mela Hapsari)
Ilustrasi anggaran (IDN Times/Mela Hapsari)

Deposito adalah salah satu instrumen investasi yang memberikan imbal hasil tetap. Bunga keuntungan dari deposito akan diterima oleh nasabah setiap bulannya. Oleh karena itulah, imbal hasil deposito bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan arus kas bulanan.

Arus kas bulanan seorang dinyatakan sehat apabila nilai hasil pengurangan antara total pemasukan dan pengeluaran bulanan, surplus 10 persen pemasukan bulanan. Bila surplusnya di bawah 10 persen pemasukan, kita akan kesulitan menabung. Jika defisit, itu menunjukkan bahwa pengeluaran lebih besar dari pemasukan.

Pendapatan dari bunga deposito per bulan jelas akan menambah jumlah pemasukan kita. Ada baiknya untuk menyetorkan uang ke deposito dengan besaran 10 persen dari total aset lancar (kas dan setara kas) yang kita miliki.

3. Manfaatkan imbal hasil deposito untuk membayar pengeluaran wajib

Ilustrasi transaksi online. (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi transaksi online. (IDN Times/Arief Rahmat)

Jika kamu memiliki jumlah aset lancar yang besar, kamu pun bisa melakukan setoran lump sum (sekali bayar) berjumlah besar ke deposito. Lump sum dalam jumlah besar akan menghasilkan imbal hasil yang juga besar.

Selain bisa digunakan untuk menyehatkan nilai arus kas, imbal hasil tersebut juga bisa kamu manfaatkan untuk membayar kebutuhan wajibmu. Misalnya, untuk pembayaran cicilan utang, tagihan listrik, air, internet, atau bisa juga digunakan untuk membayar premi asuransi.

4. Tetapkan tujuan akhir investasi deposito

Ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Bila kamu ingin berinvestasi untuk jangka panjang seperti biaya pendidikan anak maupun dana pensiun, deposito bukan pilihan tepat. Sebab, deposito merupakan investasi jangka pendek. Pasalnya, investasi ini hanya bisa dilakukan dengan cara lump sum atau sekali bayar.

Untuk memenuhi kebutuhan dana untuk tujuan jangka panjang, kamu tentu membutuhkan modal investasi yang sangat besar. Sebagai contoh, jika seseorang harus membutuhkan dana sebesar Rp2,5 miliar dalam 10 tahun untuk biaya pendidikan anak di luar negeri. Maka, modal investasi yang harus disetor ke deposito adalah sebesar Rp1,21 miliar. Dengan catatan, deposito tersebut bisa menghasilkan bunga 5 persen per tahun secara konstan.

Sementara itu,  pemerintah Indonesia hendak menggenjot konsumsi, suku bunga acuan pun berpotensi diturunkan. Hal itu pun bisa berimbas pada turunnya imbal hasil deposito. Mengeluarkan modal dalam jumlah besar di awal tentu bisa mengganggu ketersediaan aset lancar seseorang.

Share
Topics
Editorial Team
Hana Adi Perdana
EditorHana Adi Perdana
Follow Us

Latest in Business

See More

5 Hal Gak Penting yang Bisa Ganggu Kondisi Keuangan Kamu

22 Sep 2025, 23:00 WIBBusiness