Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Portofolio 60/40 Masih Relevan? Ini Risiko dan Peluangnya

Ilustrasi portofolio investasi (freepik.com)
Ilustrasi portofolio investasi (freepik.com)
Intinya sih...
  • Strategi portofolio 60/40 melemah akibat pasar bearish obligasi dan kinerja saham yang lebih baik.
  • Pasar keuangan menuju keseimbangan jangka panjang, membuka peluang baru untuk rebalancing portofolio.
  • Risiko baru muncul dengan potensi turunnya saham dan obligasi secara bersamaan, namun strategi ini masih relevan bagi investor konservatif.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Selama puluhan tahun, portofolio 60/40 dianggap sebagai strategi investasi paling seimbang. Dengan komposisi 60 persen saham, dan 40 persen obligasi, kombinasi ini diyakini mampu memberikan perlindungan di segala kondisi pasar. Saham menawarkan potensi pertumbuhan, sementara obligasi yang lebih konservatif berfungsi sebagai penyeimbang volatilitas.

Secara historis, strategi ini memang terbukti cukup efektif. Menurut Senior Editor Morningstar, Emelia Fredlick, hanya ada satu periode dalam 150 tahun terakhir ketika portofolio 60/40 mengalami kinerja lebih buruk dibanding pasar saham, dan itu terjadi sekarang.

Lantas, apakah ini menandakan akhir dari kejayaan portofolio 60/40?

1. Mengapa strategi portofolio 60/40 melemah?

Ilustrasi portofolio investasi (freepik.com)
Ilustrasi portofolio investasi (freepik.com)

Menurut data Morningstar, periode akhir 2021 hingga 2025 tercatat sebagai pasar bearish obligasi terburuk dalam sejarah. Pada 2022, imbal hasil obligasi berada di titik terendah, sehingga harga obligasi sangat tinggi. Ketika Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga secara agresif dari hampir nol menjadi 4,25 persen–4,5 persen, harga obligasi pun anjlok tajam.

Di sisi lain, meski pasar saham juga sempat terkoreksi, kini indeks saham berhasil pulih, bahkan mencetak rekor baru. Sementara itu, pasar obligasi masih tertinggal akibat tekanan inflasi dan kekhawatiran efek tarif terhadap harga barang.

2. Apakah ini peluang baru?

Ilustrasi pasar saham (freepik.com)
Ilustrasi pasar saham (freepik.com)

Pasar keuangan cenderung bergerak menuju keseimbangan jangka panjang (regression to the mean). Saat ini, saham berada di level tertinggi sepanjang masa, sedangkan investor baru saja melewati salah satu masa terburuk di pasar obligasi.

Bagi investor, kondisi ini bisa jadi sinyal untuk meninjau kembali tujuan investasi dan profil risiko. Misalnya, jika portofolio awalmu disusun dengan komposisi 60/40, ada kemungkinan saat ini sudah bergeser menjadi 80 persen saham, dan 20 persen obligasi karena perbedaan kinerja. Ketidakseimbangan ini bisa meningkatkan risiko melebihi apa yang direncanakan sejak awal.

Melakukan rebalancing portofolio bisa membuka peluang baru. Menjual sebagian saham ketika nilainya tinggi dan menambah porsi obligasi saat harganya rendah mungkin menjadi langkah strategis yang bijak.

3. Risiko yang mengintai portofolio 60/40

Ilustrasi pasar saham (freepik.com)
Ilustrasi pasar saham (freepik.com)

Sebelum 2021, risiko utama portofolio 60/40 biasanya adalah terbatasnya potensi keuntungan. Namun, sejak 2021, risiko baru muncul: saham dan obligasi bisa sama-sama turun secara bersamaan.

Kondisi inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga dalam beberapa tahun terakhir memberikan tekanan besar pada obligasi, dan tren ini bisa berlanjut.

4. Siapa yang cocok dengan portofolio 60/40?

Ilustrasi bekerja jelang pensiun (freepik.com)
Ilustrasi bekerja jelang pensiun (freepik.com)

Portofolio 60/40 secara tradisional lebih cocok bagi investor konservatif, terutama mereka yang berorientasi pada tujuan jangka panjang, seperti persiapan pensiun. Strategi ini memang tidak akan menghasilkan pertumbuhan agresif seperti saham murni, namun bisa membantu mengurangi volatilitas portofolio.

Bagi investor muda dengan horizon investasi panjang, strategi 60/40 bisa terasa kurang optimal karena obligasi sulit menyaingi imbal hasil saham dalam jangka panjang. Namun, bagi investor yang mengutamakan kestabilan dan manajemen risiko, kombinasi ini masih relevan.

5. Pahami kelebihan dan kekurangannya

Ilustrasi risiko investasi (freepik.com)
Ilustrasi risiko investasi (freepik.com)

Tidak ada jenis portofolio yang sepenuhnya baik atau buruk, karena setiap strategi investasi selalu memiliki sisi positif dan negatifnya. Yang terpenting adalah bagaimana seorang investor menyesuaikan pilihan portofolionya dengan tujuan keuangan, tingkat toleransi risiko, serta jangka waktu investasi yang dimiliki. Strategi yang ideal bagi satu orang belum tentu tepat untuk orang lain, sehingga pemahaman konteks pribadi sangat menentukan hasil jangka panjang.

Jika kamu mempertimbangkan strategi 60/40, penting untuk menyadari bahwa meskipun komposisi ini mampu memberikan stabilitas dan membantu meredam gejolak pasar, tetap ada keterbatasan yang perlu diperhatikan. Dalam kondisi tertentu, saham dan obligasi bisa sama-sama melemah sehingga efek penyeimbangnya berkurang.

Oleh karena itu, memahami potensi risiko sekaligus peluang dari portofolio 60/40 akan membantu kamu melakukan penyesuaian yang tepat. Dengan begitu, portofolio yang kamu kelola akan tetap selaras dengan profil investasi, tujuan jangka panjang, serta dinamika pasar yang selalu berubah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

4 Tips Menghindari Skimming pada Kartu Kredit

04 Okt 2025, 20:30 WIBBusiness