5 Bentuk FOMO yang Sering Dialami Investor Pemula, Hindari!

Fear of missing out (FOMO) merupakan fenomena psikologis yang sering menjerat investor pemula. Ketika melihat orang lain meraih keuntungan besar dalam waktu singkat, dorongan untuk ikut-ikutan bisa sangat kuat. Sayangnya, keputusan yang didasari rasa takut tertinggal justru berisiko merugikan secara finansial.
Investor pemula rentan terjebak dalam beberapa pola FOMO yang sebenarnya bisa dihindari dengan pemahaman dan disiplin yang tepat. Mengenali bentuk-bentuk FOMO ini penting untuk membangun strategi investasi yang lebih sehat dan terkendali. Yuk, simak beberapa bentuk FOMO dalam dunia investasi.
1. Ikut beli karena harga naik drastis

Melihat harga suatu aset melonjak tajam sering kali memicu dorongan untuk segera membeli, dengan harapan tren kenaikan akan terus berlanjut. Investor pemula kerap tergoda masuk di puncak harga, padahal justru itu bisa menjadi titik balik penurunan. Ketika euforia pasar mereda, harga bisa anjlok dan menyebabkan kerugian signifikan.
FOMO semacam ini biasanya dipicu oleh konten viral atau berita dari media sosial. Alih-alih melakukan analisis fundamental, keputusan diambil karena rasa takut melewatkan momentum. Padahal, lonjakan harga tanpa dukungan data yang kuat cenderung tidak bertahan lama dan berisiko tinggi bagi portofolio jangka panjang.
2. Panik saat tidak punya aset populer

Banyak investor baru merasa tertinggal jika belum memiliki aset yang sedang hype seperti Bitcoin, saham teknologi, atau token kripto tertentu. Padahal, tidak semua aset yang populer cocok untuk setiap profil risiko. Menyesuaikan portofolio dengan tren pasar tanpa pemahaman yang cukup bisa menyebabkan eksposur berlebihan pada instrumen berisiko.
Merasa harus ikut tren bisa mengganggu fokus utama investasi, yaitu membangun kekayaan secara bertahap sesuai tujuan finansial pribadi. Diversifikasi yang sehat jauh lebih penting dibanding sekadar memiliki apa yang dimiliki orang lain. Perlu kesadaran bahwa investasi bukan ajang pembuktian sosial, tetapi keputusan personal yang harus rasional.
3. Menyesal tidak masuk lebih awal

Setelah melihat kenaikan nilai sebuah aset, muncul rasa penyesalan karena tidak membeli lebih cepat. Penyesalan ini sering memicu keputusan untuk masuk di waktu yang sebenarnya sudah terlambat. Alih-alih merancang strategi yang lebih bijak, energi habis untuk membayangkan keuntungan yang sudah terlewat.
Investor yang terjebak dalam emosi seperti ini cenderung lebih impulsif ke depannya. Padahal, setiap peluang yang terlewat selalu diiringi peluang baru lainnya. Fokus pada pembelajaran dari pengalaman jauh lebih bermanfaat daripada terus menyesali keputusan masa lalu.
4. Membandingkan diri dengan investor lain

Melihat unggahan orang lain yang berhasil menggandakan portofolionya dalam waktu singkat bisa membuat mental goyah. Perbandingan sosial membuat banyak pemula merasa tertinggal atau kurang sukses. Padahal, informasi yang tersebar belum tentu menggambarkan kondisi sebenarnya, karena jarang ada yang membagikan kerugiannya.
Tekanan sosial ini memperbesar rasa FOMO dan bisa mendorong pengambilan risiko yang tidak sehat. Penting untuk memahami bahwa setiap investor memiliki latar belakang, modal, dan tujuan yang berbeda. Fokus pada strategi pribadi jauh lebih penting daripada mengejar validasi dari pencapaian orang lain.
5. Berinvestasi melebihi kemampuan finansial

Bentuk FOMO paling berbahaya adalah ketika investor menggunakan dana darurat atau berutang untuk berinvestasi, hanya karena takut kehilangan peluang. Mereka melihat orang lain mendapat keuntungan besar dan merasa harus ikut serta dengan modal besar, tanpa mempertimbangkan risiko. Perilaku ini sering berakhir dengan stres ketika pasar berbalik arah.
Investor bijak selalu menyisihkan dana khusus untuk investasi yang tidak mengganggu kebutuhan pokok. Mereka memahami bahwa peluang investasi selalu ada, dan lebih baik melewatkan beberapa kesempatan daripada mengambil risiko yang tidak mampu ditanggung. Mengelola ekspektasi dan emosi adalah kunci menghindari FOMO jenis ini.
Memahami bentuk-bentuk FOMO yang sering terjadi dapat membantu menghindari keputusan terburu-buru dan menjaga kestabilan portofolio. FOMO adalah tantangan umum bagi investor pemula, tetapi bisa diatasi dengan bijak. Kunci menghindarinya adalah dengan memiliki rencana investasi yang jelas, melakukan riset mandiri, dan tetap disiplin pada strategi yang telah ditetapkan.