Harga Bitcoin Tembus Rp1,6 Miliar, Ini Penyebabnya!

- Harga Bitcoin melonjak drastis, melebihi 102 ribu dolar AS per 1 BTC atau sekitar Rp1,69 miliar.
- Kenaikan harga Bitcoin terjadi setelah AS merilis data Consumer Price Index (CPI) untuk Desember 2024, yang menunjukkan inflasi tahunan sebesar 2,9 persen.
- Optimisme pada aset kripto tercermin dalam Fear and Greed Index pasar kripto yang berada di angka 75 dari 100, menunjukkan dominasi sentimen greed atau optimisme kuat di kalangan investor.
Jakarta, IDN Times - Harga Bitcoin (BTC) melonjak drastis, melampaui 102 ribu dolar Amerika Serikat (AS) per 1 BTC atau setara Rp1,69 miliar.
Lonjakan itu terjadi usai AS merilis data Consumer Price Index (CPI) untuk Desember 2024. Inflasi tahunan tercatat di angka 2,9 persen, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Kenaikan harga Bitcoin pun diikuti oleh aset kripto lainnya saat pengumuman CPI, seperti Ethereum (ETH) yang mencapai Rp54 juta, XRP di Rp50 ribu, SOL di Rp3,2 juta, dan XLM di Rp7 ribu.
“Kita melihat pola yang sama, ketika inflasi mulai stabil dan kebijakan moneter cenderung melunak, Bitcoin mendapatkan momentum kenaikan,” kata CEO INDODAX, Oscar Darmawan dikutip Kamis, (23/1/2025).
1. Penyebab harga Bitcoin melonjak

Kapitalisasi pasar Bitcoin kini berada di angka 3,7 triliun dolar AS, dengan total volume perdagangan mencapai 183 miliar dolar AS. Sebagai perbandingan, pada bulan sebelumnya, CPI tercatat sebesar 2,7 persen, di mana harga Bitcoin saat itu berada di kisaran 90 ribu dolar AS, naik dari sebelumnya 87 ribu dolar.
Meski kenaikan CPI Desember sedikit lebih tinggi dari angka bulan lalu, hal ini tidak menunjukkan tanda-tanda inflasi yang memburuk.
Sebagai catatan tambahan, CPI inti—yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi—hanya meningkat 0,2 persen, lebih rendah dibandingkan perkiraan awal sebesar 0,3 persen.
Data itu memberikan sinyal positif bahwa tekanan inflasi tetap terkendali. Dengan inflasi yang moderat, ada potensi bagi Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, yang bisa semakin mendorong sentimen positif di pasar keuangan.
Optimisme pada aset kripto juga tercermin dalam Fear and Greed Index pasar kripto, yang berada di angka 75 dari 100. Angka itu menunjukkan dominasi sentimen greed atau optimisme yang kuat di kalangan investor. Jika tren itu terus berlanjut, Oscar mengatakan tidak menutup kemungkinan Bitcoin akan terus melanjutkan level psikologis di atas 102 ribu dolar AS dalam waktu dekat.
2. Investor institusional mulai melirik Bitcoin

Menurut Oscar, keputusan The Fed akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan Bitcoin dan aset kripto lainnya.
“Pasar sangat sensitif terhadap kebijakan moneter. Jika The Fed memberi sinyal akan menurunkan suku bunga, maka likuiditas akan meningkat, dan Bitcoin bisa menjadi salah satu aset yang paling diuntungkan,” tutur Oscar.
Selain itu, data Producer Price Index (PPI) yang akan dirilis pada 24 Januari 2025 diharapkan memberikan sinyal tambahan terkait tekanan inflasi yang mulai mereda. Oscar menilai, faktor itu akan memperkuat sentimen bullish bagi Bitcoin.
“Investor institusional kini lebih percaya diri dalam memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio mereka. Ketika inflasi dan kebijakan moneter mulai stabil, permintaan terhadap aset kripto cenderung meningkat,” ucap Oscar.
3. Regulasi global pengaruhi harga Bitcoin

Oscar menyatakan, regulasi global juga menjadi faktor penting dalam pergerakan Bitcoin. Dengan semakin banyaknya negara yang mulai menerima Bitcoin sebagai instrumen investasi sah, jumlah investor institusional yang berinvestasi di Bitcoin pun meningkat.
“Ini bisa menjadi pendorong utama bagi harga Bitcoin dalam jangka panjang,” ucap Oscar.
Dia pun mengartikan kondisi ini sebagai optimisme bagi investor aset kripto. Namun, dia juga mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati terhadap volatilitas pasar.
“Bitcoin memiliki fundamental yang kuat, tetapi kita tetap harus memperhitungkan faktor eksternal seperti kebijakan ekonomi global dan pergerakan pasar tradisional,” tutur Oscar.