Harga Emas Dunia Melonjak, Trader Veteran Sebut Tanda Ekonomi Kritis

- Kenaikan harga emas dipicu ketidakpastian ekonomi.
- Logam mulia kembali menarik perhatian investor.
- Emas sebagai aset aman dan portofolio jangka panjang.
Emas kembali menjadi sorotan. Pada 2 September 2025, harga emas dunia mencatat rekor baru di atas 3.500 dolar per ounce, melampaui puncak sebelumnya pada April, dan hampir menggandakan nilainya sejak awal 2023.
Lonjakan ini tidak hanya mencerminkan minat yang tinggi terhadap logam mulia sebagai aset aman, tetapi juga menimbulkan pertanyaan penting mengenai kondisi ekonomi dunia, termasuk ketidakpastian suku bunga, inflasi, dan stabilitas pasar keuangan.
Para analis menyoroti bahwa kenaikan emas sering kali menjadi indikator sentimen risiko investor, terutama ketika pasar saham dan obligasi menghadapi tekanan, sementara bank sentral mulai menyesuaikan strategi cadangan devisa mereka.
Kenaikan harga emas juga memicu diskusi tentang implikasi makroekonomi yang lebih luas, dari perubahan kebijakan moneter hingga potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi, menjadikannya salah satu topik utama di dunia finansial saat ini.
1. Kenaikan harga emas dipicu ketidakpastian ekonomi

Menurut data terakhir, harga emas naik 2,2 persen menjadi 3.594,30 dolar per ounce. Banyak bank sentral di seluruh dunia kini menyimpan lebih banyak emas dibanding obligasi pemerintah AS, menandakan pergeseran signifikan dalam strategi cadangan devisa.
Para analis menyebut kekhawatiran atas utang Amerika Serikat yang meningkat menjadi salah satu faktor. Hal ini membuat bank sentral berhati-hati menempatkan cadangannya terlalu banyak di obligasi AS.
“Emas melonjak mencapai rekor penutupan tertinggi pada Senin lalu,” kata Ed Ponsi, analis dari TheStreet Pro dan Managing Director Barchetta Capital Management. “Ini merupakan kenaikan harga emas selama lima sesi berturut-turut.”
Ponsi menambahkan, kenaikan emas dipengaruhi ketidakpastian suku bunga dan inflasi. The Federal Reserve diperkirakan menurunkan suku bunga Federal Funds sebesar 0,25 poin persentase pada pertemuan kebijakan 16-17 September 2025. Sementara itu, inflasi masih menjadi tanda tanya, dengan indeks harga produsen Juli berada di angka tinggi meski indeks harga konsumen sesuai ekspektasi.
2. Logam mulia kembali menarik perhatian investor

Menurut Daniela Sabin Hathorn, analis senior Capital.com, logam mulia kembali diminati karena faktor makroekonomi yang mendukung. Data AS terbaru menunjukkan ekonomi relatif tangguh, meski pasar tenaga kerja masih melambat, membuat pasar memperkirakan siklus pelonggaran Fed segera dimulai.
Hathorn menekankan, untuk aset tanpa hasil seperti emas dan perak, potensi penurunan imbal hasil riil menjadi dorongan positif. Ditambah ketidakpastian geopolitik, tarif, dan debat independensi Fed, emas menjadi pilihan strategis untuk hedging dan menekan dolar.
3. Emas sebagai aset aman dan portofolio jangka panjang

Distribusi logam mulia U.S. Money Reserve menyebutkan, emas secara tradisional bergerak berlawanan arah dengan pasar saham.
“Sejak 2000, emas bukan hanya berperan sebagai safe haven saat ketidakpastian ekonomi meningkat, tetapi juga telah terbukti menjadi elemen kunci dalam membangun portofolio investasi seimbang jangka panjang, membantu investor melindungi nilai aset mereka dari fluktuasi pasar, risiko inflasi, dan ketidakstabilan geopolitik. Selain itu, emas juga sering dianggap sebagai alat lindung nilai terhadap depresiasi mata uang dan perubahan kebijakan moneter, menjadikannya pilihan strategis yang terus relevan bagi berbagai jenis investor di seluruh dunia.”
4. Peringatan bagi investor

Namun, Commodity Futures Trading Commission (CFTC) mengingatkan bahwa emas dan logam mulia lainnya sangat volatil. Kinerja masa lalu tidak menjamin keuntungan di masa depan.
“Bank dan investor besar membeli emas dan komoditas lain untuk lindung nilai terhadap inflasi dan risiko ekonomi. Beberapa penasihat investasi mungkin merekomendasikan sebagian kecil portofolio individu ditempatkan di logam mulia, tetapi ini bukan jaminan keamanan penuh,” tulis CFTC.
CFTC menegaskan, investor harus memeriksa keabsahan penjual. “Pastikan penjual terdaftar di National Futures Association. Jika tidak, mereka kemungkinan melanggar hukum dan investor sebaiknya segera melaporkan ke CFTC.”
Dengan harga emas yang terus melonjak dan ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, logam mulia kembali menunjukkan perannya sebagai aset strategis, sekaligus mengingatkan investor akan pentingnya diversifikasi dan kewaspadaan dalam mengambil keputusan finansial.