3 Jenis Saham yang Baiknya Dihindari untuk Investasi saat Resesi

- Investasi saham tidak selalu baik saat resesi
- Perusahaan dengan leverage tinggi rentan mengalami kerugian dan kebangkrutan
- Saham siklus dan spekulatif juga sebaiknya dihindari saat ekonomi melemah
Investasi saham sering kali masih menjadi pertimbangan di kala perekonomian sedang anjlok atau mengalami resesi. Meski ini bisa menjadi pertimbangan yang bagus, tetapi tidak semua jenis saham memiliki kinerja yang baik di kala pasar sedang lesu.
Beberapa saham mungkin akan bekerja baik, beberapa lainnya dapat berkinerja buruk dan menyebabkan kebangkrutan. Nah, apa saja jenis saham berkinerja buruk saat resesi? Inilah tiga jenis saham yang sebaiknya dihindari saat ekonomi melemah.
1. Saham yang bergantung pada leverage tinggi

Leverage adalah jumlah utang yang dimiliki sebuah perusahaan untuk membiayai asetnya. Jika jumlah utang perusahaan lebih besar daripada jumlah ekuitas (struktur modal), dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki leverage yang tinggi. Menanamkan saham pada perusahaan dengan leverage tinggi memiliki potensi besar untuk mengalami kerugian, terlebih saat resesi.
Perusahaan dengan leverage tinggi berarti memiliki tanggungan utang dan bunga yang besar. Sementara saat resesi, perusahaan mungkin juga mengalami penurunan pendapatan, dan berjuang untuk melunasi utangnya. Oleh sebab itu, investasi pada saham dengan leverage tinggi rentan mengalami kebangkrutan dan penurunan tajam dalam nilai pemegang saham.
2. Saham siklus

Saham siklus adalah jenis saham yang bergerak searah dengan tren ekonomi yang mendasarinya. Saham ini cenderung mengikuti fluktuasi ekonomi. Di mana jika tren ekonomi sedang bergairah, kinerja saham juga akan bergairah. Sebaliknya, saat ekonomi lesu, kinerja saham juga akan lesu.
Saham siklus biasanya dijumpai pada perusahaan-perusahaan yang menjual atau memproduksi barang atau jasa yang diperlukan saat ekonomi sedang baik. Misalnya, perusahaan barang-barang mewah atau perusahaan layanan rekreasional. Contohnya, perusahaan yang menjual atau memproduksi mobil, furnitur, atau pakaian mewah. Dalam bidang rekreasional, seperti restoran, hotel, maskapai, atau layanan rekreasi lainnya.
Saat ekonomi lesu, orang cenderung akan menghindari pembelian barang-barang mewah atau tidak penting. Ketika pembelian menurun, pendapatan perusahaan juga akan menurun. Pada gilirannnya, ini akan memberikan tekanan pada harga saham dan menyebabkan penurunan nilai saham pada pemegang saham. Bahkan, jika terjadi penurunan dalam jangka yang panjang, perusahaan bisa bangkrut.
3. Saham spekulatif

Sesuai namanya, saham spekulatif adalah saham yang diperdagangkan dengan kekuatan yang tidak jelas, atau hanya berdasarkan pada dugaan atau asumsi, bukan fakta atau data. Saham ini biasanya diperdagangkan dengan harga relatif rendah dengan keuntungan yang tinggi sehingga mudah menarik investor. Sayangnya, berinvestasi pada saham spekulatif di tengah krisis ekonomi adalah keputusan yang sangat buruk.
Saham spekulatif biasanya dijumpai pada saham penny atau perusahaan berkapitalisasi kecil atau sedang berkembang, seperti start up teknologi. Namun, ini juga bisa dijumpai pada perusahaan menengah atau besar yang telah kehilangan sejumlah besar nilainya dari waktu ke waktu. Beberapa sektor industri yang biasanya bergerak pada saham spekulatif adalah pertambangan, energi, teknologi, dan bioteknologi.
Berinvestasi pada saham selama terjadinya resesi mungkin adalah keputusan yang bisa dipertimbangkan. Namun, tidak semua saham dapat memberikan hasil yang baik selama resesi. Terkadang, justru bisa menyebabkan kebangkrutan. Jenis saham yang sebaiknya dihindari saat resesi adalah saham dengan leverage tinggi, saham siklus, dan saham spekulatif.