Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pasar Saham Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif untuk Puluhan Negara

Ilustrasi Bendera AS (unsplash.com/David Vives)
Ilustrasi Bendera AS (unsplash.com/David Vives)
Intinya sih...
  • Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif sebesar 10 hingga 41 persen pada ekspor dari 69 negara.
  • Pasar saham global terguncang, Dow Jones turun 1,2%, S&P 500 minus 1,6%, Nasdaq turun 2,1%, STOXX 600 di Eropa turun hingga 1,8%.
  • Laporan data pekerjaan AS menunjukkan penambahan lapangan kerja jauh di bawah ekspektasi ekonomi dan memicu kekhawatiran resesi akibat lesunya konsumsi dan investasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Bursa saham global mengalami tekanan berat pada Jum'at (1/8/2025), setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan tarif baru terhadap puluhan mitra dagangnya. Keputusan ini bertepatan dengan rilis data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan, menambah ketidakpastian di pasar keuangan dunia.

Pada sesi pembukaan perdagangan New York, indeks Dow Jones anjlok lebih dari 1,2 persen. Sementara bursa utama Eropa seperti Paris dan Frankfurt turun lebih dari dua persen. Nilai tukar dolar AS pun melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia.

1. Trump tingkatkan tarif secara sepihak pada banyak negara

Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif sebesar 10 hingga 41 persen pada ekspor dari 69 negara. Negara-negara yang terdampak di antaranya Kanada, India, Swiss, Brasil, dan Taiwan.

Trump menegaskan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari upaya mereformasi sistem perdagangan global dan memberikan tekanan kepada mitra yang dianggap tidak adil. Brasil, misalnya, menghadapi tarif hingga 50 persen untuk beberapa barang ekspor ke AS. India dikenai 25 persen, sedangkan Kanada terkena kenaikan tarif menjadi 35 persen dari sebelumnya 25 persen.

Pihak pemerintah India dalam pernyataan resminya pada Jum'at (1/8/2025) menyebut langkah ini sebagai tantangan besar untuk hubungan dagang bilateral dan meminta AS untuk melakukan negosiasi lanjutan sebelum ketentuan berlaku penuh.

2. Reaksi pasar saham dan investor global

Pasar saham dunia bergolak. Indeks Dow Jones Industrial Average di AS turun hingga 615 poin atau sekitar 1,2 persen, sementara S&P 500 minus 1,6 persen dan Nasdaq turun 2,1 persen. Indeks utama di bursa Eropa, seperti STOXX 600, juga mengalami penurunan hingga 1,8 persen. Indeks saham Asia-Pasifik di luar Jepang turut melemah 1,5 persen, menandai pekan terburuk sejak pengumuman tarif gelombang pertama April lalu.

“Deklarasi tarif Trump ini bukan sekadar revisi, melainkan perubahan fundamental biaya perdagangan global,” ujar analis SPI Asset Management, Stephen Innes, dilansir CBC.

“Rata-rata bea masuk AS kini naik dari 13,3 persen menjadi 15,2 persen.” tambahnya.

Investor juga mengantisipasi keputusan suku bunga The Federal Reserve setelah ekonomi AS melambat. Mereka berharap adanya pemotongan suku bunga pada September karena tekanan kebijakan proteksionisme AS dan data pekerjaan yang lemah pada Juli 2025.

3. Laporan data pekerjaan AS dan efek lanjutan kebijakan tarif

Pemerintah AS, melalui Bureau of Labor Statistics, melaporkan pada Jum'at (1/8/2025) bahwa hanya terdapat penambahan 73 ribu lapangan kerja sepanjang bulan Juli. Angka ini jauh di bawah ekspektasi ekonomi, ditambah revisi besar pada Mei dan Juni yang memangkas 258 ribu pekerjaan dari data sebelumnya.

“Ini bukan hanya angka payroll yang sangat lemah, tetapi juga merefleksikan penurunan tajam situasi pasar tenaga kerja AS,” kata Seema Shah, Chief Strategist Principal Asset Management, dilansir NBC News.

“Kebijakan ekonomi yang tidak konvensional dari Trump mulai menunjukkan dampak pada data ketenagakerjaan. Pengusaha bersikap menunggu di tengah ketidakpastian perdagangan," menurut ahli ekonomi, Christopher Rupkey, dikutip CNN.

Laporan tersebut memicu kejatuhan lebih lanjut di pasar saham dan meningkatkan kekhawatiran resesi akibat lesunya konsumsi dan investasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us