Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Inflasi dan Deflasi, Mana Lebih Berbahaya?

ilustrasi uang kertas (unsplash.com/@moneyphotos)
ilustrasi uang kertas (unsplash.com/@moneyphotos)

Inflasi dan deflasi adalah dua fenomena ekonomi yang sering dibicarakan, namun memiliki dampak sangat berbeda terhadap kehidupan sehari-hari. Memahami perbedaan inflasi dan deflasi penting agar kita dapat mengantisipasi dampak terhadap daya beli, investasi, dan stabilitas ekonomi Indonesia.

Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa mengalami kenaikan secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode waktu. Sebaliknya, deflasi adalah kondisi ketika harga secara umum justru mengalami penurunan. Keduanya dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, seperti jumlah uang beredar, tingkat permintaan, serta kebijakan pemerintah dan bank sentral.

Bagaimana perbedaan lengkapnya? Mari kita lanjutkan melalui pembahasan di bawah ini!

1. Jika tak terkendali, Inflasi dapat merusak kestabilan ekonomi

ilustrasi inflasi (unsplash.com/@joa70)
ilustrasi inflasi (unsplash.com/@joa70)

Seperti diketahui, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam jangka waktu tertentu. Inflasi menyebabkan daya beli uang menurun karena harga menjadi lebih mahal. Penyebab inflasi bisa berasal dari meningkatnya permintaan, naiknya biaya produksi, atau bertambahnya jumlah uang beredar. Jika tidak dikendalikan, inflasi dapat merusak kestabilan ekonomi.

2. Deflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi

ilustrasi deflasi (freepik.com/starline)
ilustrasi deflasi (freepik.com/starline)

Deflasi merupakan penurunan harga barang dan jasa secara keseluruuan dalam jangka waktu tertentu. Deflasi bisa terjadi karena turunnya permintaan atau kelebihan pasokan barang. Akibat deflasi, konsumen cenderung menunda belanja karena berharap harga akan terus turun. Jika berlangsung lama, deflasi bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan pengangguran.

3. Inflasi dan deflasi punya perbedaan dalam perubahan harga

ilustrasi uang kertas (unsplash.com/@alexandermils)
ilustrasi uang kertas (unsplash.com/@alexandermils)

Perbedaan inflasi dan deflasi dalam hal perubahan harga terletak pada arah pergerakan harga barang dan jasa. Pada saat inflasi, harga-harga cenderung naik secara menyeluruh dan berkelanjutan. Kenaikan harga ini membuat uang yang dimiliki masyarakat memiliki nilai tukar lebih rendah.

Pada saat deflasi, harga-harga barang dan jasa justru mengalami penurunan secara umum. Penurunan ini membuat nilai uang meningkat karena bisa membeli lebih banyak barang. Namun, jika berlangsung terlalu lama, deflasi justru dapat menurunkan keuntungan usaha dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

4. Deflasi menyebabkan daya beli uang meningkat

ilustrasi uang kertas (unsplash.com/@sharonmccutcheon)
ilustrasi uang kertas (unsplash.com/@sharonmccutcheon)

Perbedaan inflasi dan deflasi dalam hal daya beli uang sangat jelas terlihat dari pengaruhnya terhadap nilai tukar uang. Saat inflasi terjadi, daya beli uang menurun karena harga barang dan jasa meningkat. Artinya, dengan jumlah uang yang sama, seseorang hanya bisa membeli lebih sedikit dibanding sebelumnya.

Sebaliknya, deflasi menyebabkan daya beli uang meningkat karena harga-harga menurun. Berkat jumlah uang yang sama, masyarakat bisa membeli lebih banyak barang atau jasa. Meskipun terdengar menguntungkan, daya beli yang meningkat akibat deflasi bisa menandakan masalah serius dalam perekonomian, seperti lemahnya permintaan dan turunnya pendapatan.

5. Keduanya punya perbedaan pengaruh terhadap utang

ilustrasi uang dan kalkulator (unsplash.com/@jakubzerdzicki)
ilustrasi uang dan kalkulator (unsplash.com/@jakubzerdzicki)

Perbedaan inflasi dan deflasi juga tampak jelas dalam hal pengaruh terhadap utang. Saat inflasi terjadi, nilai uang menurun sehingga beban utang menjadi lebih ringan secara riil. Dalam inflasi, jumlah uang yang dibayarkan tetap, tetapi nilainya lebih kecil dibanding saat utang dibuat.

Sebaliknya, deflasi membuat nilai uang meningkat sehingga beban utang menjadi lebih berat. Nilai pembayaran utang secara riil menjadi lebih tinggi karena uang yang dibayarkan memiliki daya beli lebih besar. Hal ini bisa menyulitkan debitur dan meningkatkan risiko gagal bayar.

6. Inflasi dan deflasi berpengaruh besar terhadap keputusan investasi

ilustrasi investasi (unsplash.com/@towfiqu999999)
ilustrasi investasi (unsplash.com/@towfiqu999999)

Inflasi dan deflasi berpengaruh cukup besar terhadap keputusan investasi. Saat inflasi terjadi secara moderat dan terkendali, investor cenderung lebih aktif karena nilai aset berpotensi naik. Namun, inflasi terlalu tinggi dapat menimbulkan ketidakpastian dan membuat investor ragu untuk menanamkan modal.

Sebaliknya, deflasi sering membuat investor menahan diri karena penurunan harga bisa mengurangi nilai aset dan keuntungan. Ketika harga terus turun, kegiatan ekonomi melambat dan prospek investasi menjadi kurang menarik. Akibatnya, arus investasi bisa berkurang dan memperburuk kondisi ekonomi.

Memahami perbedaan inflasi dan deflasi penting untuk menilai kondisi ekonomi dan mengambil keputusan finansial yang bijak. Meski inflasi sering dianggap mengganggu, deflasi justru dinilai lebih berbahaya karena dapat memicu resesi berkepanjangan. Menurut para ekonom, deflasi yang tidak terkendali dapat melumpuhkan konsumsi, investasi, dan menimbulkan krisis ekonomi yang lebih sulit dipulihkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us