Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sentimen Konsumen AS Meningkat Usai Gencatan Senjata Dagang

ilustrasi konsumen (pexels.com/Helena Lopes)
ilustrasi konsumen (pexels.com/Helena Lopes)
Intinya sih...
  • Sentimen konsumen AS naik setelah gencatan senjata dagang
  • Tarif Trump diprotes tetapi masih berlaku sementara, inflasi menurun tapi ekspektasi tetap tinggi
  • Belanja konsumen belum pulih meski kepercayaan naik, terutama karena pasar tenaga kerja yang masih menjadi penentu utama
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times Sentimen konsumen di Amerika Serikat (AS) naik pada Juni 2025 untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir. Kenaikan ini terjadi setelah inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda dan pemerintahan Presiden AS Donald Trump menghentikan eskalasi perang dagang dengan China.

Indeks awal dari University of Michigan yang dirilis pada Jumat (13/6/2025), melonjak 16 persen dari 52,2 menjadi 60,5. Indeks kondisi saat ini naik 8,1 persen, sementara ekspektasi masa depan melonjak 21,9 persen.

Lompatan besar ini terjadi setelah sentimen bulan lalu menyentuh posisi terendah kedua dalam sejarah survei yang sudah hampir 75 tahun. Meskipun begitu, sentimen konsumen masih tercatat 20 persen lebih rendah dibandingkan Desember 2024.

Perubahan sikap ini terjadi usai Trump mengumumkan hari pembebasan pada 2 April lalu. Ia meredakan ancaman tarif dan memulai periode negosiasi 90 hari yang menunjukkan kemajuan, terutama dengan China.

1. Tarif Trump diprotes tetapi masih berlaku sementara

ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)
ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)

Tarif yang diumumkan Trump pada 2 April disebut sebagai lonjakan pajak impor paling tajam dalam 200 tahun terakhir, menurut ekonom yang dikutip CNN. Tarif tersebut diberlakukan sebentar pada 9 April sebelum akhirnya ditunda hingga awal Juli. Beberapa kebijakan perdagangan itu bahkan dipersoalkan di pengadilan.

Seorang hakim federal memutuskan bahwa penggunaan kekuatan darurat untuk menerapkan tarif besar melanggar hukum. Namun, pengadilan banding federal mengizinkan sebagian besar tarif itu tetap berlaku sementara proses hukum berjalan. Keputusan itu diambil dengan janji resolusi cepat dalam beberapa bulan ke depan.

Direktur survei Joanne Hsu memberikan penilaian tentang dampaknya.

“Konsumen tampaknya telah sedikit tenang dari keterkejutan tarif yang sangat tinggi yang diumumkan pada bulan April dan volatilitas kebijakan yang terlihat dalam beberapa minggu setelahnya,” kata Hsu dalam pernyataan tertulis dikutip dari ABC News, Sabtu (14/6/2025).

Ia menambahkan bahwa konsumen masih melihat risiko penurunan besar pada ekonomi.

2. Inflasi menurun tapi ekspektasi tetap tinggi

ilustrasi dolar AS (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi dolar AS (pexels.com/Pixabay)

Perkiraan inflasi satu tahun anjlok dari puncaknya dan kini berada di angka 5,1 persen, turun 1,5 poin persentase. Ekspektasi jangka panjang juga ikut menurun tipis menjadi 4,1 persen. Survei University of Michigan mencatat inflasi tetap menjadi perhatian utama meskipun tekanan langsung terlihat melemah.

Hsu menilai situasi masih belum sepenuhnya stabil.

“Kekhawatiran konsumen tentang potensi dampak tarif terhadap inflasi masa depan telah sedikit mereda pada bulan Juni,” ujarnya kepada CNBC Internasional, Sabtu (14/6).

Ia menambahkan, kekhawatiran tetap tinggi karena banyak yang percaya tarif masih bisa memicu inflasi.

Survei dari Federal Reserve of New York mengonfirmasi penurunan ekspektasi inflasi menjadi 3,2 persen pada Mei. Laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat bahwa harga produsen dan konsumen hanya naik 0,1 persen secara bulanan. Di tengah angka inflasi yang landai, Trump dan pejabat Gedung Putih mendorong bank sentral untuk segera menurunkan suku bunga.

Federal Reserve dijadwalkan bertemu pekan depan dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga utama di sekitar 4,3 persen. Ekspektasi pasar menunjukkan tidak ada penurunan suku bunga hingga setidaknya September.

3. Belanja konsumen belum pulih meski kepercayaan naik

ilustrasi konsumen (pexels.com/Tirachard Kumtanom)
ilustrasi konsumen (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Kepercayaan konsumen di AS saat ini sangat dipengaruhi oleh pandangan politik masing-masing pihak. Pendukung Partai Republik merasa lebih optimis di bawah Trump, sementara Demokrat cenderung merasa lebih percaya diri saat ekonomi dipimpin Biden. Namun, pada Juni ini, sentimen membaik di kalangan pendukung kedua partai dan kelompok independen.

Indeks kepercayaan dari Conference Board juga naik di akhir Mei, usai lima bulan berturut-turut mencatat penurunan karena tarif. Meski begitu, para analis masih mempertanyakan apakah peningkatan ini akan berdampak langsung terhadap belanja masyarakat. Selama beberapa tahun terakhir, sentimen tidak selalu menjadi indikator akurat belanja masa depan.

Data terbaru menunjukkan belanja konsumen hanya naik 0,2 persen pada April, jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,7 persen pada Maret. Penurunan ini terjadi karena banyak warga membeli barang, terutama mobil, lebih awal. Ekonom memperingatkan bahwa jika pasar tenaga kerja mulai melemah, maka tekanan terhadap belanja bisa memburuk secara cepat.

Menurut analis, pasar tenaga kerja masih menjadi penentu utama dalam kebiasaan belanja masyarakat AS. Jika upah terus mengalahkan inflasi dan pekerjaan tetap tersedia, belanja konsumen diyakini akan bertahan meski sentimen tetap rapuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us