Starling Bank Bayar Bonus Besar meski Kena Denda dan Laba Anjok

- Starling Bank membayar bonus karyawan sebesar 24,6 juta poundsterling meski laba turun 25 persen.
- FCA mendenda Starling sebesar 28,96 juta poundsterling karena lemahnya sistem pengawasan kejahatan keuangan.
- Starling menyisihkan 28,2 juta poundsterling untuk menutup kerugian dari program Bounce Back Loan yang dijamin pemerintah.
Jakarta, IDN Times - Starling Bank, salah satu bank digital terkemuka di Inggris, membayar bonus sebesar 24,6 juta poundsterling (Rp541,1 miliar) kepada karyawan. Jumlah ini melonjak hampir lima kali lipat dari tahun sebelumnya, meski bank baru saja didenda oleh Financial Conduct Authority (FCA) dan menanggung kerugian akibat pinjaman era pandemi Covid-19.
Langkah ini jadi sorotan karena diambil saat laba bank turun 25 persen menjadi 223 juta poundsterling (Rp4,9 triliun). Pihak manajemen menyatakan, bonus mencerminkan kinerja staf dan menyebut denda serta kerugian pinjaman sebagai isu lama yang tidak mewakili performa saat ini.
1. Denda FCA atas kontrol kejahatan keuangan yang lemah
FCA menjatuhkan denda 28,96 juta poundsterling (Rp637 miliar) pada Jum'at (27/9/2024) karena lemahnya sistem pengawasan kejahatan keuangan di Starling Bank. Antara September 2021 dan November 2022, bank ini membuka lebih dari 54 ribu rekening untuk 49 ribu nasabah berisiko tinggi, bertentangan dengan kesepakatan Voluntary Requirement (VREQ) dengan FCA, dilansir The Guardian.
“Kontrol penyaringan sanksi keuangan Starling sangat lemah. Ini membuat sistem keuangan terbuka lebar bagi penjahat dan mereka yang terkena sanksi.” ujar Therese Chambers, Direktur Eksekutif FCA, dilansir Yahoo Finance.
Starling melaporkan pelanggaran ini ke FCA pada Agustus 2022 dan meluncurkan Economic Crime Enhancement Plan. Namun, laporan independen pada September 2023 menyatakan bahwa kegagalan tersebut dipicu oleh kurangnya pengawasan manajemen senior.
2. Kerugian pinjaman Covid-19 akibat kontrol yang buruk
Pada Rabu (28/5/2025), Starling mengungkapkan telah menyisihkan 28,2 juta poundsterling (Rp620,3 miliar) untuk menutup potensi kerugian dari program Bounce Back Loan (BBL) yang dijamin pemerintah. Investigasi internal menemukan sejumlah pinjaman tidak memenuhi syarat jaminan karena lemahnya deteksi penipuan.
“Ini adalah masalah warisan yang kami tangani secara transparan dengan British Business Bank,” ujar Declan Ferguson, Kepala Keuangan Starling, dikutip dari CNBC,
Kerugian dari pinjaman ini, ditambah denda FCA, menyebabkan laba tahunan turun 26 persen dari 301 juta poundsterling (Rp6,6 triliun). Starling menyatakan telah memperkuat sistem kepatuhan untuk mencegah kasus serupa.
3. Bonus besar di tengah tantangan regulasi
Meski dihadapkan pada denda dan kerugian, Starling tetap memberikan bonus kepada karyawan, termasuk insentif jangka panjang berupa saham.
“Kami sedang mengevaluasi kemungkinan pemotongan atau pengembalian gaji eksekutif terkait denda FCA dan masalah pinjaman Covid.” ujar Raman Bhatia, CEO Starling, dilansir The Guardian.
Namun, kebijakan bonus ini menuai kritik karena dianggap tidak sejalan dengan situasi keuangan dan regulasi. Starling kini fokus memperkuat sistem pengawasan dan kepatuhan untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan.