[PUISI] Benih Rasa Takut

Pada kelam kalbu kala semesta dionggok mendung,
ia datang dalam keheningan pilu
Perawakannya menyerupai topan,
dan langkah kakinya bagai amuk badai
Debu dan dedaunan dibawanya berkeliaran,
sayup-sayup seolah membisikkan kalimat maut,
“Yakinkah kau akan hidup?”
Sorakan ketakutan itu nyata,
Menghunus tulang,
Membunuh semangat
Namun benihnya tetap ditahan-tahan,
Disimpan-simpan dan dibiarkan tumbuh
Sebab butuh rasa takut,
Untuk akhirnya keberanian tumbuh
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.