Di dekapan fajar yang lirih itu
Namamu mengalir bagaikan sinar mentari pertama
Tawa kecilmu menari di antara kelopak bunga
Membangkitkan taman di relung hatiku yang layu

Setiap senja, rinduku mengembara tanpa arah
Menumpang lelah pada awan yang pulang ke rumah
Kau adalah pelangi setelah badai reda
Menghias langit harapan yang hampir pudar

Di antara doa-doa yang kupintal setiap malam
Ada jarak yang tak bisa terjangkau
Namun cintaku ini tak mengenal waktu
Ia tetap tumbuh meski dirimu kini hanya bayang-bayang

Kau menjadi kenangan yang menyala di dada
Menghangatkan setiap langkahku di jalan sunyi tak bertepi
Meski tubuhmu tiada, jiwamu selalu ada
Menemani hingga batas nafasku yang terakhir