[PUISI] Jejak Warna di Ujung Cakrawala

Senja datang perlahan di ujung hari,
membawa jingga yang lembut menyapa,
seperti tangan langit yang menyisir
rambut bumi yang mulai lelah dan renta.
Langit melukis kisah perpisahan,
antara cahaya dan gelap yang datang,
dan di sela warna merah keemasan,
ada rindu yang tak bisa dijelaskan dengan terang.
Burung pulang ke sarang,
bayangan memanjang di tanah basah,
dan angin berbisik pelan
tentang hari yang telah lewat, tanpa bisa diubah.
Senja bukan hanya waktu,
ia adalah jeda antara harap dan pasrah,
tempat hati menunduk sejenak
mengenang yang pernah ada, dan yang takkan kembali sudah.
Di sana, langit tidak menangis,
tapi seolah mengerti rasa kehilangan,
sebab tiap senja adalah salam perpisahan
yang tak selalu disuarakan dalam ucapan.
Aku duduk menatapnya lama,
membiarkan mata menyerap cahayanya,
karena aku tahu
tak ada senja yang sama, tak ada luka yang sia-sia.
Dan saat malam mulai menyelimuti,
tinggallah jejak warna di ujung cakrawala,
seperti pesan yang tak pernah usang:
bahwa setiap akhir… juga adalah jeda untuk memulai yang baru.