Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Kebun Anggur

ilustrasi kebun anggur (pexels.com/Nany Casteleira)

Bau harum parfum kupakai menarik perhatian sang pangeran
Aku di kebun anggur menanyakan, apa alasan lainnya mengikutiku
Dia menjawab, dia mengenalku
Katanya lagi, kita pernah bertemu
Aku saat itu mengernyit, meninggalkannya
Dia tidak lagi mengikutiku

Esoknya, aku bertemu sang pangeran untuk kedua kalinya
Dia membawa bunga mawar putih
Aku mengatakan, bunga yang buruk
Sang pangeran meminta maaf kepadaku
Dia tidak bermaksud memberi hadiah buruk

Esoknya, pertemuan ketigaku
Sepertinya sang pangeran menyimpulkan, aku tidak suka bunga
Dia membawakanku satu keranjang buah jeruk
Aku mengatakan, buah yang buruk
Sang pangeran tidak meminta maaf, dia mengatakan, apa yang aku suka
Aku memberitahu, aku sudah menyukai laki-laki lain
Sang pangeran terkejut, menunduk, meninggalkanku

Aku lega dia menyerah
Aku hanya perlu fokus bekerja
Karena cemas, cinta beda kasta mengganggu konsentrasiku memetik buah anggur
Aku juga menyukainya
Menarik kedua sudut bibir
Tersenyum mengingat momen kita sebelum pertemuan pertama kemarin
Dua bulan lalu, dia pernah membelaku, saat orang-orang di desa lama menghinaku
Menganggapku perempuan pembawa sial
Sebab ditinggalkan calon suami yang lebih memilih perempuan lain

Aku mencari sang pangeran, tetapi dia tiba-tiba menghilang
Aku memutuskan meninggalkan desa lamaku
Memulai hidup nyaman
Tanpa orang-orang menyudutkan
Aku bertemu seorang nenek manis pemilik kebun anggur sedang membutuhkan petani
Aku bergegas menawarkan diri
Nenek manis memberiku sambutan hangat
Siapa menyangka, desa baruku berseberangan dengan desa sang pangeran menetap

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us