[PUISI] Lorong Sunyi

Di balik senyum yang samar dan mata yang redup,
Ada lorong sunyi tempat pikiranku merunduk.
Langkah-langkah kecil tanpa arah pasti,
Menelusuri bayang yang tak kunjung pergi.
Dinding bisu memantulkan suara hati,
Namun tak satu pun mampu dimengerti.
Jeritan jiwa terbungkam diam,
Dalam ruang batin yang perlahan padam.
Setiap kenangan jadi lukisan retak,
Mengendap dalam mimpi yang kian sesak.
Aku bicara pada bayangku sendiri,
Mencari arti dalam sunyi yang berduri.
Kadang gelap bukan karena malam,
Tapi karena terang tak sudi datang.
Kadang sepi bukan karena sendiri,
Tapi karena jiwa tak lagi berani.
Terapiku adalah waktu yang lambat,
Menulis ulang luka dalam surat.
Menunggu pelukan dari dalam diri,
Yang tak lagi takut untuk menyembuhkan hati.
Lorong ini mungkin panjang dan kelam,
Tapi langkahku tetap diam-diam.
Sebab meski sunyi menusuk tulang,
Aku percaya bahwa aku takkan hilang.