Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Melodi Laut yang Rimpang

ilustrasi nelayan (pexels.com/Sharath G.)

Angin menjerit di batas samudra,
membawa keluh nelayan renta,
yang tangannya kapalan menggenggam jala,
tapi laparnya tak kunjung reda.

Laut, dahulu ibu penyayang,
mengayun perahu dalam belaian gelombang.
Kini ia tertatih, tersedak tumpahan minyak,
dirampas rakus tangan bertuah.

Di batas cakrawala dan tembaga,
menjulang tamah serupa raksasa.
Menghisap mutiara dari rahim laut,
meninggalkan nelayan di tepi gelisah.

Ikan tak lagi datang ke jaring,
pantai menjadi kubur bak pengharapan.
Sementara perut-perut di gedung megah,
kenyang menelan hak kaum pesisir.

Nelayan kini bagai camar pincang,
melawan badai dengan jala rapuh.
Sedang laut yang dulu berkah,
kini hanya dongeng berlagu rimpang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Patricia Elsa
EditorPatricia Elsa
Follow Us