[PUISI] Rindunya Aku pada Mendiang Ayah

Ranting dahan telah patah
Lalu, terseok oleh hembusan angin
Seperti itulah jiwaku saat ini
Bagaikan daun terlebur dengan alam
Ayah, kenapa kau pergi begitu cepat?
Tidakkah kau rindu akan rengekan ku?
Lupakah engkau wahai, Ayah?
Indahnya harmoni alam yang gemercik
Kini, tak ada lagi tangan yang kokoh
Yang merangkul lunglainya pundakku
Engkau telah pergi untuk selamanya
Rinduku hingga melepuh menantimu
Aku pun kini telah tumbuh dewasa
Namun, kau tak pernah kembali
Ayah, doa ku tak lekang oleh waktu
Selalu mendoakan untuk jiwamu
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.