Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Rindunya Aku pada Mendiang Ayah

ilustrasi gambar ayah dan anak ((istockphoto.com/Halfpoint)

Ranting dahan telah patah

Lalu, terseok oleh hembusan angin

Seperti itulah jiwaku saat ini

Bagaikan daun terlebur dengan alam

 

Ayah, kenapa kau pergi begitu cepat?

Tidakkah kau rindu akan rengekan ku?

Lupakah engkau wahai, Ayah?

Indahnya harmoni alam yang gemercik

 

Kini, tak ada lagi tangan yang kokoh 

Yang merangkul lunglainya pundakku

Engkau telah pergi untuk selamanya

Rinduku hingga melepuh menantimu

 

Aku pun kini telah tumbuh dewasa

Namun, kau tak pernah kembali 

Ayah, doa ku tak lekang oleh waktu 

Selalu mendoakan untuk jiwamu 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Salma Wati
EditorSalma Wati
Follow Us