Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[Puisi] Ruang Penghambaan

ilustrasi orang memandang langit (pixabay.com/Free Photos)

Amarah pahit manisnya kerinduan

Ku rasakan dalam-dalam sandaran

Genggaman yang mengatakan takkan pergi

Namun tetap pergi

 

Berangsur-angsur membawa pelukan

Meninggalkan yang hidup

Mematikan yang berkembang

Membalut aku dengan dingin dan sepi

 

Kita pernah berlari

Sebelum sempat melawan, kemudian menghindar

Kamu yang percaya ketiadaan

Menyeretku menuju ruang penghambaan

 

Kita ditakdirkan untuk mengenal

Namun kepergian ini tidak sempat menitipkan pesan abadi

Aku hidup di dalam perasaan yang mati

 

Pikirku kita akan bicarakan tentang dewasa dan anak-anak

Menceritakan kematian yang ditunggu-tunggu

Berdasarkan kisah nyata, kita hidup saling terjaga dalam diam

Sejatinya bunga matahari yang mekar ini layu

Mataharinya tak mau menampakan sinarnya

 

Tangerang, 2020

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irfan Suparman
EditorIrfan Suparman
Follow Us