Kala keadaan mencabik-cabik perasaan
Hatiku berselimut tebal kecemasan
Aku ingin pulang kerumah ternyaman
Di situ tempat teduhku teraman
Namun, hati enggan karena sungkan
Mengingat tajamnya kenyataan
Bahwa aku ini dianggap harapan
Namun, hal itu menguap perlahan
Bukanlah memberi rekah senyuman
Ataupun hadiah permata kebahagiaan
Malah senyum getir karena kegagalan
Semesta menuang secercah kesempatan
Di situlah mimpiku kembali mengawan
Merajut harapan berjuta kemenangan