[PUISI] Sayang Sekali

Sayang sekali aku sayang
pada celotehmu yang hangat
di selasar kita mengulang
kelakar biar usang
masih sama lucunya.
Sayang sekali aku sayang
pada ujung garis bibirmu
yang kerap tersenyum
paksa pada kawula
di pelataran parkir.
Sayang sekali aku sayang
pada sebungkus permen
asam yang memenuhi
saku celanamu: tak pernah
luput barang sehari.
Sayang sekali aku sayang
pada payung seladon
kepunyaanmu yang
selalu tertinggal
di balkon kamarku.
Sayang sekali aku sayang
terlampau jauh hingga
lambat laun tak
lagi mengenal aku
pada diri sendiri.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.