Hari-hari bagai diari
kuurai segala gundah di hati
tak perlu lagi menutup-nutupi 
toh hanya pada surat ini
aku tak pernah membohongi diri.

Terkadang kuungkap afeksi
melalui kata-kata yang sejujurnya geli
tetapi tulus membagi arti
toh tak ada pembaca lain lagi
meski untuk mengulangnya agak alergi.

Malam, petang, siang, ataupun pagi
setiap saat kuteruskan surat ini
hingga tak terasa puluhan halaman terisi
dari awal mengisahkan temu yang kusyukuri
sampai kepada rindu mengungkung nurani. 

Dan surat ini
biarlah aku simpan dalam lemari
kala sudah bosan menulis kembali 
kala sudah tak ada lagi yang aku cintai
walau resah rasa tak bakal mati. 

Karena, hei
kau satu-satunya distraksi
yang tak pernah kubolehkan pergi.