Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Seekor Pungguk

unsplash.com/Todd Steitle

kaulah bara yang akan tetap
kugenggam, meski lepuh seakan
merangkak ke luar dari sela-sela
jemari membakar menuju
punggung tangan

kaulah gigil yang akan tetap
kudekap, meski guguran awan
jatuh basah menjamah lekuk
tubuhku dari ujung rambut
hingga jari kaki, perlahan 
membiru dan beku

kaulah jalan panjang tanpa
penerangan, rumah bagi batu
kerikil serta ranting-ranting
kayu—rumah dari segala
kemasygulan yang tak
pernah tiba di ujung

kaulah wajah bulan itu
yang terjatuh di sudut kolam,
sedangkan aku hanya seekor
pungguk, termenung menyaksikan
kecantikanmu yang mengambang

Lampung, 2020

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us