Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Sejauh Padang Ilalang

Pixabay/fotogrzechnik
Pixabay/fotogrzechnik

Aku sudah berupaya menebas jarak
Merapal doa hingga tak lagi mampu bersuara
Mematri kembali yang berserak di jelaga
Menukil segala kata muskil
Memarut yang telanjur carut-marut di kepala

Sekadar kosong dan sia-sia
Kendala semakin biak ilalang
Napasku terengah di pertengahan
Namun, tak apa Ma
Meski harus merangkak disapur tanah
Walaupun kau sebut aku anak jalang yang tak tahu etika
Aku tidak pernah mandam asmara
Bahkan pantaskah pun entah
Hanya harap seperti dahulu
Dikecup di dahi dengan kata-kata
"Selamat pagi, Anakku."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Alanis Kavi
EditorAlanis Kavi
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[PUISI] Melodi yang Terlupakan

24 Sep 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi istri dan anak

[PUISI] Untukmu, Istriku

22 Sep 2025, 20:22 WIBFiction
ilustrasi perempuan bertopeng

[PUISI] Terbiasa Berdosa

22 Sep 2025, 19:38 WIBFiction
ilustrasi anak

[PUISI] Untuk Anakku

22 Sep 2025, 05:15 WIBFiction
Ilustrasi Interior Sebuah Kafe (pexels.com/Amar Preciado)

[CERPEN] Kafe: Rumah Kedua

21 Sep 2025, 19:24 WIBFiction
ilustrasi tangan

[PUISI] Aku Cinta Kamu

20 Sep 2025, 09:47 WIBFiction