[PUISI] Waktu Hidup Manusia

Suara arloji yang tak pernah tidur
tumpang tindih dengan kebisingan
yang bersahutan di dalam tempurung kepala,
ganjil suaranya.
Tubuh pun ikut menggigil dengan
keganjilan-keganjilan nyanyian sepi itu,
bising meski tiada seorang pun
di malam yang heningnya seperti
relung hati yang kedap suara.
Hanya satu ingatan yang tegar malam itu
ialah pohon yang menggugurkan daunnya
karena usia dan badai penghabisan
karena badai tak pernah segan runtuhkan
dinding yang kemarin baru berdiri.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.