[CERPEN] Cahaya Kebaikan yang Abadi

Di sebuah desa kecil bernama Sukajaya, hiduplah seorang lelaki tua bernama Pak Rafif. Meski usianya sudah senja, ia dikenal sebagai orang yang tak pernah lelah menebar kebaikan. Dari membantu tetangga, memberi makan fakir miskin, hingga merawat masjid, semua ia lakukan dengan hati yang tulus.
Suatu pagi, Raka, seorang pemuda yang sering duduk termenung di beranda rumahnya, memperhatikan Pak Rafif yang berjalan pelan sambil membawa kantong besar berisi makanan. Rasa penasaran membuatnya memanggil lelaki tua itu.
“Pak Rafif! Mau ke mana pagi-pagi begini?” tanya Raka sambil menghampiri.
Pak Rafif tersenyum ramah. “Aku mau mengantar makanan ke rumah Bu Sumi. Kasihan, beliau sakit dan tak ada yang merawat.”
Raka mengernyit. “Kenapa Bapak repot-repot? Bapak, kan, sudah tua. Bukannya lebih baik istirahat di rumah?”
Pak Rafif tertawa kecil. “Nak Raka, hidup ini singkat. Jika kita hanya duduk diam, lalu kapan kita menanam kebaikan?”
Raka terdiam. Setelah beberapa saat, ia berjalan beriringan dengan Pak Rafif. “Tapi, Pak… Apa Bapak tidak lelah? Setiap hari saya lihat Bapak selalu membantu orang lain. Seakan-akan Bapak tidak pernah memikirkan diri sendiri.”
Pak Rafif menatap langit biru. “Nak, hidup yang sempurna bukan soal punya harta melimpah atau jabatan tinggi. Hidup yang sempurna adalah ketika kita bisa terus berbuat baik sampai nafas terakhir.”
Raka mengangguk perlahan. “Tapi, saya sering merasa takut. Takut kebaikan saya tidak dihargai, atau malah disalahpahami.”
Pak Rafif berhenti melangkah dan menatap Raka dalam-dalam. “Nak, lakukanlah kebaikan bukan karena ingin dihargai manusia, tapi karena Allah. Seperti matahari yang terus bersinar, ia tak pernah memilih siapa yang berhak mendapat cahayanya.”
Hari itu menjadi titik balik bagi Raka. Sejak saat itu, ia mulai mengikuti jejak Pak Rafif. Membantu yang lemah, berbagi kepada yang membutuhkan, dan merawat lingkungan sekitar.
Beberapa tahun berlalu, hingga akhirnya Pak Rafif menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang sangat sepuh. Namun, jejak kebaikan yang ia tinggalkan terus mengalir. Raka dan penduduk desa meneruskan apa yang telah diajarkan lelaki itu.
Kini, di desa Sukajaya, nama Pak Rafif dikenang sebagai sosok yang mengajarkan bahwa hidup sempurna adalah tentang berbuat baik tanpa henti, hingga ajal menjemput.