Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Hutan yang Mengingat Nama Kita

ilustrasi hutan gundul (Unsplash.com/Jonas Gerlach)
ilustrasi hutan gundul (Unsplash.com/Jonas Gerlach)

Udara di lereng itu masih sama—dingin, lembap, dan penuh bisik pepohonan. Tapi suara burung yang dulu mereka dengar tiap sore sudah tak ada.

Arka menatap dari balik pagar kawat berduri. Di seberang sana, Dara berdiri dengan helm proyek di tangan. Dua puluh tahun tak bertemu, tapi mata mereka masih mengenali satu sama lain seperti sebelum dunia memilih siapa yang harus menghancurkan dan siapa yang harus melindungi.

“Mereka sudah menebang sampai ke sungai?” suara Dara terdengar tenang, tapi matanya goyah.

Arka mengangguk. “Tiga hari lagi, alat berat akan masuk ke area yang dulu kita tanami.” Ia menatap tanah di bawah kakinya, bekas akar yang dulu mereka tanam bersama, setiap kali mereka bertengkar.

Pohon pertama, pohon amarah, tumbuh di tepi sungai kecil. Pohon terakhir, pohon maaf, tumbuh di punggung bukit yang kini menjadi lokasi pengeboran.

“Kau ingat janji kita?” tanya Arka.

Dara menatap hutan yang mulai botak. “Aku tidak pernah lupa. Tapi janji tidak bisa membayar gaji seratus orang yang bergantung padaku.”

Angin membawa aroma solar dan debu. Suara mesin berat berderum pelan dari kejauhan. Arka ingin marah, tapi hanya rasa getir yang tersisa. Ia tahu Dara dulu bukan perempuan yang tamak, ia hanya tumbuh di dunia yang menuntut kompromi.

“Aku tak ingin berdebat,” kata Dara akhirnya. “Tapi kau juga harus tahu, kita tak bisa hidup hanya dari idealisme.”

Arka mendekat ke pagar, jarinya menyentuh kawat berduri yang berkarat. “Kau benar. Tapi kita juga tak bisa hidup dari tanah yang mati.”

Sunyi menelan keduanya.

Sore menjelang. Langit berubah jingga keperakan. Dari balik kabut, hutan yang tersisa tampak seperti bayangan luka yang belum kering.

Dara menunduk. Ia teringat masa kecil mereka. Berlari di bawah pohon-pohon yang kini tak ada, tertawa sambil menanam bibit jati kecil. Mereka dulu percaya bahwa setiap pohon punya ingatan, dan jika suatu hari mereka hilang, hutan akan memanggil nama mereka lewat desiran angin.

“Kalau semua pohon ini tumbang,” katanya pelan, “apa hutan masih akan mengingat kita?”

Arka tersenyum samar. “Hutan tak lupa. Manusia yang lupa dulu pernah menanamnya.”

Suara rantai alat berat tiba-tiba terdengar mendekat. Dara menoleh; para pekerja menunggu perintahnya. Ia memejamkan mata, lalu melangkah mundur beberapa langkah. “Beri aku waktu satu malam,” ujarnya pada salah satu mandor.

Lalu ia menatap Arka. “Kita menanam satu pohon lagi, malam ini. Untuk semua yang pernah kita patahkan.”

Arka menatapnya lama, lalu tersenyum. “Baik. Tapi kali ini, jangan hanya untuk kenangan.”

Malam turun bersama kabut. Dua sosok itu menggali tanah di balik sisa pagar, diam tapi satu irama. Di antara puing akar lama, mereka menanam sebatang bibit kecil. Tak banyak yang bisa diharapkan dari satu pohon di tengah kehancuran, tapi setiap akar baru selalu punya cara sendiri untuk mengingat nama manusia yang menanamnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[CERPEN] Hutan yang Mengingat Nama Kita

06 Okt 2025, 12:42 WIBFiction
ilustrasi seorang ibu memeluk anaknya

[PUISI] Dalam Pelukan Ibu

06 Okt 2025, 05:15 WIBFiction
Ilustrasi tangan bayi dan ibunya (pixabay.com/Grey85)

[PUISI] Ibu Juga Butuh Ibu

05 Okt 2025, 21:53 WIBFiction
ilustrasi perempuan

[PUISI] Harga Diri

05 Okt 2025, 06:15 WIBFiction
ilustrasi bulan

[PUISI] Padang Rembulan

05 Okt 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi seorang pria di tengah jalan

[PUISI] Salah Jalan

04 Okt 2025, 14:15 WIBFiction
ilustrasi gigih

[PUISI] Filosofi Gigih

04 Okt 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi seseorang bersujud pulang kepada Tuhan

[PUISI] Pulang

03 Okt 2025, 08:15 WIBFiction
ilustrasi berpikir

[PUISI] Berpangku Tangan

03 Okt 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi perempuan bertopeng

[PUISI] Delusional

02 Okt 2025, 20:48 WIBFiction
ilustrasi langit

[PUISI] Cekung

02 Okt 2025, 20:16 WIBFiction