[PROSA] Merebus Singgasana

Sore itu aku menjahit beberapa kain untuk menutupi tanah merah. Melihat ke luar, cuaca sepertinya sedang ingin bunuh diri. Tak lama, seorang bapak tua dengan seekor anak ayam mengetuk kursi megahku. Katanya, ia ingin membereskan lumbung kebun binatang. Di dalam kepala, aku hanya bisa menangis di ruang dapur bersama buku tua sewindu lalu.
Sialnya lagi, singgasana yang sudah kususun dari lama direbus begitu saja. Tidak ada lagi aku. Tidak ada lagi malam. Ia tengah bermain dalam lingkaran kabut bersama kartika. Mengabaikan domba yang telah ia cukur habis bulunya.
Aku tak habis pikir. Bagaimana bisa seorang ayam jantan menghabiskan satu ekor domba dalam beberapa waktu? Sangat sulit untuk diyakini. Tapi, kemudian aku sadar bahwa sang dombalah yang salah di esok hari.