Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Bapak Gak Suka Kopi

ilustrasi kopi espresso (unsplash.com/Ochir-Erdene Oyunmedeg)
ilustrasi kopi espresso (unsplash.com/Ochir-Erdene Oyunmedeg)
Intinya sih...
  • Bapak gak suka kopi karena membuatnya begah dan kembung setelah minum.
  • Bapak lebih memperhatikan keluarganya daripada dirinya sendiri, seperti berhenti merokok demi kesehatan anak-anaknya.
  • Ibu khawatir akan kadar gula bapak yang rendah, namun bapak mulai memperhatikan pola makannya dan berhasil meningkatkan glukosa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada satu hal unik yang mungkin jadi pembeda antara bapakku dengan bapak bapak yang lain. Bapak gak suka kopi.

Awalnya aku pikir, oh, mungkin karena kopi itu pahit, aku aja gak suka kopi karena pahit, mending teh yang manis.

Tiap pagi bapak akan menikmati secangkir susu dengan beberapa potong roti. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya.

Seiring aku berbagai dewasa, aku juga baru tahu kalau yang suka kopi itu ibuku. Kenapa ya? padahal biasanya yang suka kopi kan bapak bapak.

Dan aku yang maniak teh ini agak heran dengan hal ini, kayak dunia terbalik batinku.

Suatu hari aku baru menyadari kalau ternyata bapak memang gak bisa minum kopi, bahkan selalu menolak jika ditawari kopi saat berkunjung ke rumah temannya atau keluarga.

Bapak ternyata bukan gak suka kopi, tapi beliau memang gak bisa karena pasti setelah minum kopi beratnya begah, atau kembung. Ternyata inilah alasan bapak gak suka minum kopi.

Wah, aku langsung paham kenapa selama ini bapak gak pernah ngopi.

Selain itu aku sangat bersyukur karena bapak sudah berhenti dari kebiasaan merokok, karena aku sensitif terhadap asap rokok.

Beberapa waktu yang lalu, kadar gula bapak rendah dan berakibat pada kesehatannya, hal ini membuat ibuku khawatir, dan mulai sering mengingatkan bapak agar mulai memperhatikan pola makannya dan untuk meningkatkan glukosa, agar kadar gulanya stabil. Dan benar untungnya bapak benar mengikuti saran ibu.

Aku senang karena dari hal ini bapak belajar untuk lebih memperhatikan kondisi tubuhnya. Bapak memang kadang lebih mengutamakan keluarganya daripada dirinya sendiri, itulah yang membuatku salut pada bapak.

Sehat selalu bapak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[PUISI] Sekat Tanpa Pintu

18 Nov 2025, 09:07 WIBFiction
ilustrasi puzzle

[PUISI] Kepingan Puzzle

18 Nov 2025, 08:15 WIBFiction
ilustrasi perempuan

[PUISI] Mengira-ngira

18 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi perempuan

[PUISI] Remedial Bicara

16 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi putus

[PUISI] Putaran Rasa

15 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi berdoa

[PUISI] Patuh Pada Senyap

14 Nov 2025, 20:17 WIBFiction