[CERPEN] Cinta Pertama

Seruni telah melupakan pemuda itu

Seruni merasa masa depannya suram. Ia telah mengirimkan puluhan surat lamaran kerja, namun tak satu pun yang berbuah manis. Sesekali pesimistis menghampirinya. Dengan ijazah SMA, pekerjaan apa yang bisa diperolehnya?

Lalu datanglah informasi itu; lowongan pekerjaan sebagai pramuniaga di Sigmamart, sebuah jaringan minimarket yang terkenal. Seruni segera mengirim surat lamaran melalui e-mail, dan seminggu kemudian mendapat balasan untuk wawancara. Mujur baginya, ia diterima dan harus menjalani pelatihan selama dua minggu.
***
Seruni tampak cantik mengenakan seragam kuning hijau. Jilbab krem menambah pesona ragawinya. Di depan meja kasir, senyumnya selalu mengembang. Sudah sebulan ia bekerja di Sigmamart. Ia beruntung karena ditempatkan di minimarket yang dekat dengan rumahnya, hanya lima menit naik motor.

Seruni mulai hapal wajah-wajah pelanggan tokonya. Salah satunya adalah seorang pemuda yang sebaya dengannya. Pemuda itu sering datang sore, membeli cokelat batangan. Mula-mula Seruni hanya tersenyum ketika pemuda itu mendekati meja kasirnya. Lama-lama, Seruni mencoba untuk menjalin keakraban.

“Cokelat yang enak. Saya pernah mencobanya,” ujar Seruni.

“Ya, banyak orang menyukainya,” pemuda itu tersenyum.

“Dan cocok sebagai hadiah untuk pacar.”

“Pacar?” pemuda itu terkekeh. “Itu untuk adik saya. Dia masih kelas 6 SD. Setiap saya keluar rumah, dia selalu minta dibawakan cokelat.”

“Oh, maaf,” sahut Seruni, lalu tatapannya beralih ke layar komputer. Diam-diam ia tersenyum. Minimal, ia merasa nyaman mengetahui pemuda itu membeli cokelat untuk sang adik.

Namun, keesokan hari, dan hari-hari berikutnya, pemuda itu tidak datang lagi. Seruni sering menggigit bibir menahan resah dan matanya sering menatap pintu toko, berharap pemuda itu muncul.

Sungguh, Seruni ingin sekali melihat pemuda bertubuh jangkung itu membuka pintu, lalu berjalan gagah menuju rak makanan, mengambil cokelat batangan, lalu berjalan ke arah meja kasir. Sungguh, Seruni ingin menikmati senyum pemuda itu tiap kali menghampiri dirinya. Belum pernah Seruni merasakan kerinduan seperti ini. Oh, di manakah pemuda itu?

Dua bulan tak bertemu dengan pemuda itu, Seruni mencoba melupakannya. Mungkin pemuda itu telah pindah menjadi pelanggan toko lain. Bukankah Sigmamart ada di mana-mana?

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Dari ruang kantor di bagian belakang, manajer datang memberitahukan kalau besok akan ada satu karyawan baru. Karena ada seorang karyawan yang cuti hamil, maka harus ada penggantinya. Seruni mendengarkannya sambil lalu, karena ia sedang melayani pembeli yang hendak membayar.

Keesokan hari, pukul 05.30, Seruni menelepon manajer, memohon izin mungkin dirinya akan terlambat. Ban belakang motornya bocor, dan sekarang ia masih di tempat tambal ban. Syukurlah, manajer memahaminya.

“Karyawan baru sudah di tempat. Kau bimbinglah dia. Saya sudah berangkat ke kantor pusat, ada meeting,” kata manajer di ponsel.

“Ya, Pak. Siap laksanakan,” jawab Seruni.

Pukul 06.15, Seruni sampai di parkiran Sigmamart. Ia sudah terlambat. Dengan masih mengenakan helm dan jaket, Seruni bergegas membuka pintu. Toko masih sepi. Sebuah suara menyambut kedatangannya.

“Selamat pagi. Selamat datang di Sigmamart.”

Seruni menatap ke arah meja kasir. Seruni terbelalak dan berdiri terpaku di dekat pintu. Di belakang meja kasir ada seseorang tersenyum padanya.

Surprise!” seru orang itu.

“Kamu? Karyawan baru itu?”

“Ya,” sahut orang itu. “Aku meminta Manajer Wilayah untuk menempatkanku di sini. Apa kabar, Seruni? Lama kita tidak bertemu?”

Ingin sekali Seruni memeluk orang itu, tetapi tidak mungkin. Meski kerinduan telah membuncah di dada, meski kakinya ingin melonjak kegirangan, tetapi Seruni harus bersikap profesional. Sekarang Seruni adalah senior bagi orang itu; pemuda yang dulu sering membeli cokelat batangan! 

Baca Juga: [CERPEN] Menunggu di Bawah Hujan

Sulistiyo Suparno Photo Verified Writer Sulistiyo Suparno

Senang menulis cerpen, karena tidak bisa melukis.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya