Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Fakta Gatot khas Gunung Kidul, Makanan yang Tercipta saat Paceklik

gatot (commons.wikimedia.org/Danangtrihartanto)

Gatot merupakan makanan yang terbuat dari singkong yang berasal dari Gunung Kidul. Makanan ini adalah makanan yang tercipta saat paceklik dan konon katanya, merupakan makanan saat masa-masa perjuangan Indonesia.

Gatot dulu menjadi makanan pokok warga Gunung Kidul karena padi tidak tumbuh subur di sana. Sekarang ini, gatot menjadi jajanan tradisional yang bisa ditemui di pasar. Ingin tahu lebih lanjut mengenai si hitam manis yang legit ini? Yuk, simak ulasannya berikut ini!

1. Muncul dari kreativitas warga Gunung Kidul dalam mengolah Singkong

gatot dan aneka jajan pasar lain (vecteezy.com/En Ndho)

Gatot merupakan makanan khas Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbuat dari singkong yang dikeringkan dan terfermentasi. Warnanya hitam dan bertekstur kenyal karena adanya fermentasi. Konon katanya, gatot dibuat karena musim paceklik melanda Gunung Kidul.

Dahulu, Gunung Kidul merupakan wilayah tandus dan berbatu sehingga padi tidak bisa tumbuh subur di situ. Karena alasan tersebut, warga Gunung Kidul pun menanam singkong sebagai makanan pokoknya.

Agar persediaan makanan selalu terjaga, warga pun mengolah singkong menjadi tepung gaplek yang terbuat dari singkong yang dikeringkan berhari-hari. Tetapi, saat proses pengeringan singkong, terdapat singkong yang berjamur karena cuaca yang tak menentu dan proses pengeringan jadi tak sempurna. Gaplek yang ditumbuhi jamur tersebut diolah menjadi gatot agar tak ada bahan makanan yang terbuang.

Ada juga yang mengatakan bahwa gatot berasal dari singkong yang gagal tumbuh dan dibiarkan berjamur kemudian diolah menjadi tiwul.

2. Cara membuat gatot lama dan butuh kesabaran

ilustrasi singkong (vecteezy.com/Miftachul Huda)

Proses pembuatan gatot terbilang cukup lama. Pertama, singkong dikupas kulitnya kemudian dipotong dan dijemur selama berhari-hari atau berbulan-bulan hingga muncul jamur di singkong. Konon katanya, makin lama dijemur, tekstur gatot akan makin kenyal. Hal ini karena adanya jamur dan bakteri pada saat proses fermentasi yang membuat pati dalam singkong terurai dan membuatnya menjadi pati yang lebih sederhana dan mudah dicerna. Produk dari proses ini bernama gaplek hitam.

Gaplek hitam tersebut kemudian direndam selama1-2 hari hingga gaplek menjadi lunak dan kenyal. Setelah itu, gaplek yang lunak ini ditiriskan lalu dicuci bersih, dan dikukus. Pengukusan calon gatot ini membutuhkan waktu kurang lebih dua jam. Pada saat proses pengukusan ini, gaplek bisa ditambahkan dengan gula merah cair dan garam.

Setelah matang, gatot dapat disajikan dengan parutan kelapa untuk memberikan tekstur yang crunchy dan rasa gurih yang berpadu dengan rasa manis dari gatot.

3. Berasal dari proses fermentasi membuat gatot kaya prebiotik

gatot (commons.wikimedia.org/Danangtrihartanto)

Sebagai makanan pokok, tentunya gatot kaya karbohidrat. Dalam 100 gram gatot, terkandung kalori sebesar 347 kkal dengan jumlah karbohidrat sebesar 83,80 gram. Selain sebagai sumber karbohidrat untuk energi, akibat adanya proses fermentasi, gatot juga mengandung prebiotik yang baik untuk pertumbuhan bakteri baik di usus. Lebih lanjut, gatot juga mengandung protein yang lebih besar dibandingkan dengan singkong.

Gatot juga mengandung serat yang berguna untuk melancarkan pencernaan dan membuat kenyang lebih lama. Singkong sendiri mempunyai kandungan vitamin A, C, dan ada beta karoten yang menjadi antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Indeks glikemik dari singkong juga rendah yang artinya tidak membuat kadar gula cepat naik.

Dahulu, dalam situasi yang sulit, masyarakat menggunakan kreativitas mereka untuk membuat makanan dari bahan-bahan di sekitar mereka, salah satunya adalah gatot. Kini gatot lebih mengarah ke jajanan tradisional dibandingkan makanan pokok. Adakah dari kalian yang pernah makan gatot?

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
Bayu Nur Seto
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us