Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Jajangmyeon Jadi Simbol Hari Jomblo?

ilustrasi jajangmyeon
ilustrasi jajangmyeon (commons.wikimedia.org/egg™)

Jajangmyeon bukan hanya sekadar semangkuk mi saus kacang hitam yang mengenyangkan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam budaya kuliner Korea. Dalam kalender tidak resmi Korea Selatan, tanggal 14 April dikenal sebagai Black Day atau hari yang didedikasikan bagi mereka yang masih sendiri. Pada hari itu, banyak orang yang tidak sedang menjalin hubungan memilih untuk menyantap jajangmyeon bersama teman atau sendirian di restoran.

Jajangmyeon yang awalnya hanya sajian rumahan ala Korea kini dianggap sebagai hidangan yang membawa cerita tentang perasaan manusia, khususnya soal kesendirian. Berikut lima alasan yang menjelaskan bagaimana jajangmyeon bisa berkembang menjadi simbol Hari Jomblo di Korea Selatan.

1. Sejarah jajangmyeon menjelaskan perjalanan budaya kuliner

jajangmyeon
jajangmyeon (commons.wikimedia.org/Wei-Te Wong)

Jajangmyeon lahir dari pengaruh imigran Tionghoa di Korea pada awal abad ke-20, tepatnya sekitar tahun 1905 di restoran Gonghwachun di Incheon. Saat itu, hidangan ini awalnya disajikan sebagai mi dengan saus kacang hitam untuk para pekerja pelabuhan karena rasanya gurih, mengenyangkan, dan terjangkau. Lambat laun, jajangmyeon menjadi bagian dari masakan sehari-hari masyarakat Korea karena mudah ditemukan di restoran dan layanan pesan antar.

Keberadaannya yang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat membuat jajangmyeon tidak hanya populer secara rasa, tetapi juga menjadi simbol budaya kuliner Korea yang ramah bagi semua lapisan. Itulah yang kemudian mempermudah jajangmyeon masuk ke berbagai perayaan atau tradisi, termasuk Black Day. Jadi, sejarah panjangnya sebagai makanan rakyat ikut membentuk citranya sebagai hidangan yang cocok menemani momen personal, seperti kesendirian.

2. Warna hitam saus jajangmyeon menjadi simbol hari jomblo

jajangmyeon
jajangmyeon (commons.wikimedia.org/egg™)

Ciri khas jajangmyeon terletak pada saus kacang hitamnya, yaitu chunjang yang memberi tampilan pekat pada mi. Warna ini ternyata dianggap merepresentasikan suasana hati orang-orang yang merasa tidak memiliki pasangan pada Black Day. Perpaduan warna hitam dengan cita rasa gurih manis menghadirkan kesan sederhana sekaligus hangat bagi mereka yang merayakan.

Di sisi lain, warna hitam yang kontras juga membedakan jajangmyeon dari mi lain yang umumnya berkuah merah atau jernih. Hal ini membuat jajangmyeon menjadi pilihan ikonik saat seseorang ingin menandai perasaan atau situasi tertentu. Tidak heran bila sejak lama jajangmyeon digunakan sebagai simbol bagi mereka yang ingin mengakui status jomblo mereka tanpa kata-kata, cukup dengan menyantap seporsi mi hitam bersama teman atau bahkan sendirian.

3. Tradisi makan jajangmyeon mengubah momen kesendirian menjadi kebersamaan

jajangmyeon
jajangmyeon (commons.wikimedia.org/Guilhem Vellut)

Black Day pada awalnya dipandang sebagai hari penuh kesedihan karena ditujukan bagi mereka yang tidak menerima hadiah pada Valentine’s Day dan White Day. Namun seiring berjalannya waktu, orang-orang justru memanfaatkan momen ini untuk berkumpul dengan sesama lajang sambil menikmati jajangmyeon. Aktivitas makan bersama ini mengubah makna Black Day dari hari berduka menjadi perayaan sederhana yang menyenangkan.

Berkumpul di restoran atau memesan jajangmyeon untuk disantap bersama menjadikan makanan ini sebagai alat untuk menciptakan koneksi sosial di tengah kesendirian. Bagi banyak orang Korea, tradisi ini mengajarkan bahwa makanan bisa menjadi jembatan untuk berbagi cerita, canda, dan penghiburan. Dengan demikian, jajangmyeon tak lagi sekadar hidangan mi, melainkan simbol persahabatan yang menghapus rasa sepi.

4. Popularitas jajangmyeon didukung media dan budaya pop Korea

jajangmyeon
jajangmyeon (commons.wikimedia.org/Guilhem Vellut)

Budaya KPop, drama Korea, dan film turut memainkan peran penting dalam memopulerkan citra jajangmyeon sebagai makanan khas Black Day. Dalam banyak drama, adegan karakter yang memakan jajangmyeon saat patah hati atau sendirian membuat citra ini semakin melekat di masyarakat. Adegan-adegan tersebut kemudian mempengaruhi cara orang memandang jajangmyeon sebagai makanan penghibur.

Selain itu, restoran dan layanan pesan antar di Korea memanfaatkan momen Black Day untuk mempromosikan menu jajangmyeon dengan diskon atau paket khusus bagi para lajang. Kombinasi antara pengaruh budaya pop dan strategi pemasaran inilah yang membuat jajangmyeon semakin identik dengan hari tersebut. Citra yang terus dibentuk oleh media membuat jajangmyeon bukan hanya makanan tradisi, tetapi juga ikon budaya populer.

5. Rasa jajangmyeon yang sederhana pas jadi comfort food

jajangmyeon
jajangmyeon (commons.wikimedia.org/John kiora)

Salah satu alasan jajangmyeon menjadi favorit pada Black Day adalah rasanya yang sederhana, lembut, dan menenangkan. Mi gandum yang kenyal dipadukan dengan saus kacang hitam gurih manis memberi sensasi yang akrab dan tidak terlalu berat di lidah. Hidangan ini bisa dinikmati siapa saja, bahkan bagi mereka yang tidak terlalu menyukai makanan pedas.

Kelezatan yang sederhana namun mengenyangkan membuat jajangmyeon sering dianggap sebagai comfort food atau makanan penghibur. Kehadiran seporsi jajangmyeon saat hati sedang sendu membantu menciptakan rasa hangat yang menenangkan, seolah memberi pelukan melalui makanan. Inilah yang membuatnya begitu cocok menjadi simbol Hari Jomblo, karena bisa mengisi perut sekaligus menenangkan perasaan.

Jajangmyeon membuktikan bahwa makanan dapat membawa cerita, menjadi simbol budaya, dan menghubungkan manusia dengan emosi yang mereka rasakan. Dari sejarahnya hingga makna simbolik Black Day, jajangmyeon telah menempati posisi khusus dalam kehidupan sosial di Korea Selatan. Jadi, apakah kamu tertarik mencoba seporsi jajangmyeon untuk merasakan sendiri cerita di balik semangkuk mi hitam yang terkenal ini?

Referensi:

"Black Day in Korea – Everything You Need to Know About This Unique Holiday" 90 Day Korean. Diakses pada Oktober 2025

"Jajangmyeon In South Korea – Black Noodles To Lament ‘Singlehood’" The Fellow Table. Diakses pada Oktober 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us

Latest in Food

See More

5 Tips Bikin Chinese Beef Roti, Luarnya Renyah dan Isiannya Gurih

16 Okt 2025, 20:32 WIBFood
resep mie nyemek pedas

Resep Masak Mie Nyemek Pedas

16 Okt 2025, 16:47 WIBFood