Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Makanan Berlabel Sehat Cenderung Lebih Mahal?

ilustrasi makanan sehat (vecteezy.com/Viorel Kurnosov)

Harga makanan sehat sering kali bikin banyak orang bertanya-tanya, kenapa makanan berlabel sehat cenderung lebih mahal? Pertanyaan ini muncul saat melihat berbagai pilihan makanan di toko atau restoran yang menawarkan hidangan sehat dengan harga lebih tinggi daripada makanan biasa.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di satu dua tempat, melainkan sudah menjadi tren global. Dari makanan ringan hingga hidangan utama, label "sehat" seakan menjadi magnet untuk harga premium. Mari cari tahu lebih dalam tentang alasan di balik fenomena ini, simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

1. Bahan makanan sehat memang lebih premium

ilustrasi susu almond (vecteezy.com/papan saenkutrueang)

Setiap kali kamu memesan burger vegan atau cake rendah gula, sebenarnya kamu sedang menikmati bahan-bahan pilihan. Makanan sehat membutuhkan bahan premium seperti tepung almond, quinoa, madu organik, hingga susu nabati yang harganya jauh lebih mahal daripada bahan standar seperti gula pasir, tepung terigu, atau mentega biasa.

Contohnya, satu liter susu almond bisa dibanderol dua sampai tiga kali lipat harga susu sapi biasa kalau di pasaran. Biji-bijian organik juga butuh proses bertani khusus tanpa pestisida sehingga produksinya lebih susah dan mahal. Tidak heran kalau menu makanan sehat di kafe atau restoran dibanderol lebih tinggi, karena sejak dari bahan baku saja sudah investasi besar.

Selain itu, banyak makanan sehat menggunakan bahan lokal pilihan atau bahkan bahan impor untuk menjaga kualitas rasa dan nutrisi. Bayangkan, dari panen sampai masuk ke dapur chef, bahan-bahan ini sudah melewati banyak tahapan seleksi. Jadi, gak perlu heran kalau harga makanan sehat tidak bisa dibandingkan sembarangan dengan makanan biasa.

2. Membuat makanan sehat butuh teknik khusus yang lebih rumit

ilustrasi membuat pasta (vecteezy.com/Pattanaphong Khuan)

Kalau kamu pikir bikin roti gandum utuh seenak roti putih biasa itu gampang, salah besar. Membuat makanan sehat tidak sekadar mengganti bahan, tapi juga mempertahankan tekstur, rasa, dan penampilan supaya tetap menggoda lidah. Misalnya, saat membuat kue tanpa gula, seorang chef harus tahu cara memadukan stevia atau madu supaya rasa manisnya tetap pas, tidak terlalu pahit atau hambar.

Begitu pula proses membuat pasta gluten free juga sama rumitnya. Adonan pasta harus diolah sedemikian rupa supaya tidak gampang hancur ketika direbus. Setiap perubahan bahan yang digunakan dalam makanan sehat jelas mengubah struktur makanan. Chef atau baker perlu riset, uji coba, bahkan kadang gagal berkali-kali untuk menemukan resep makanan sehat yang sempurna.

Inilah kenapa makanan sehat punya harga lebih tinggi karena di balik satu piring hidangan sehat, ada ilmu, keterampilan, dan jam terbang yang panjang.

3. Konsumen makanan sehat lebih segmented, tapi lebih spesifik

ilustrasi brownies glueten free (vecteezy.com/Witsanu Patipatamak)

Berbeda dari makanan cepat saji yang dijual massal, makanan sehat biasanya menyasar konsumen tertentu. Target penikmat makanan sehat biasanya juga cukup segmented mulai dari orang yang sedang diet, pejuang hidup sehat, hingga mereka yang punya pantangan makan seperti alergi gluten atau penderita diabetes. Karena pasar yang lebih kecil dan spesifik ini, produksi makanan sehat juga lebih terbatas yang artinya produksi skala kecil alias  biaya per unit produk jadi lebih mahal.

Ditambah lagi, banyak makanan sehat harus memenuhi standar sertifikasi tertentu, seperti organik, bebas GMO, atau vegan, yang biayanya tidak murah. Semua indikator itu berujung pada harga jual makanan sehat yang lebih tinggi.

Tak hanya itu, restoran dan kafe yang menawarkan makanan sehat juga harus menjaga kualitas lebih ketat. Bahan harus segar setiap hari, penyajian harus sempurna, bahkan sering kali packaging makanan sehat pun lebih ramah lingkungan. Semua detail kecil ini akhirnya membuat harga makanan sehat tidak bisa ditekan semurah makanan biasa.

Jadi, sekarang kamu tahu kan kenapa makanan berlabel sehat cenderung lebih mahal? Saat kamu membeli makanan sehat, sebenarnya kamu juga sedang membayar kualitas, keahlian, dan dedikasi di baliknya. Makanan sehat bukan hanya soal makan, tapi soal pengalaman kuliner yang berbeda dan gak ada salahnya untuk dicoba.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us