Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Atasi Zoom Fatigue, Rasa Lelah setelah Virtual Meeting

ilustrasi ibu hamil mudah lelah (pexels.com/MART PRODUCTION)

Di saat-saat seperti ini, mayoritas kegiatan dilakukan secara virtual. Salah satunya media komunikasi yang cukup sering dilakukan adalah virtual meeting melalui Zoom, FaceTime, atau Google Meet. Tapi apakah kamu salah satu dari sekian banyak orang yang merasa kelelahan setelah melakukan virtual meeting?

Rasanya virtual meeting lebih menyedot energimu dibanding pertemuan tatap muka seperti biasa. Jika iya, kamu mengalami zoom fatigue. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan virtual fatigue atau zoom hangover. Sebelum bertambah parah, kenali gejala zoom fatigue dan bagaimana cara mengatasinya. Berikut adalah hal-hal yang perlu kamu ketahui.

1. Kenali gejala-gejala zoom fatigue

ilustrasi kelelahan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dilansir dari Healtline, pada umumnya zoom fatigue memiliki gejala yang cukup serupa dengan gejala burnout, seperti:

  • mudah lupa dan kesulitan konsentrasi
  • kesulitan menjaga hubungan dengan orang-orang terdekat
  • mudah frustasi kepada rekan kerja
  • gejala secara fisik lainnya seperti otot yang kaku, kelelahan, dan insomnia

Gejala-gelaja pada zoom fatigue yang serupa dengan gejala burnout bukan tanpa alasan. Hal ini disebabkan zoom fatigue yang tidak kunjung membaik dapat berkembang menjadi kondisi burnout.

Jika kamu merasa kelelahan setelah melakukan virtual meeting, sering berusaha menghindarinya, virtual meeting malah membuat harimu kurang produktif, serta menghambatmu untuk melakukan multitasking, hati-hati hal-hal tersebut bisa menandakan bahwa gejala zoom fatigue telah muncul.

2. Pertimbangkan metode komunikasi lain

ilustrasi menelpon (pexels.com/Yan Krukov)

Terdapat beberapa alasan mengapa virtual meeting menjadi lebih melelahkan dibanding pertemuan tatap muka. Pertama, virtual meeting mengharuskanmu untuk lebih fokus. Kamu harus memperhatikan bagaimana tampilanmu di layar, memperhatikan orang yang sedang berbicara, serta gangguan delay yang diakibatkan oleh koneksi internet yang terkadang tiba-tiba menjadi buruk.

Yang kedua, bukan tidak mungkin datangnya gangguan yang datang dari dalam atau sekitar rumah seperti anak menangis, suara hewan peliharaan, dan lain-lain. Untuk itu, ada baiknya untuk meninjau kembali media komunikasi alternatif yang lebih efektif terutama dengan orang diluar organisasimu. Prioritaskan komunikasi secara singkat dan efektif melalui email, aplikasi pesan instan seperti Whatsapp atau telegram, serta telepon. 

3. Prioritaskan off camera jika bisa

ilustrasi multitasking (pexels.com/Sarah Chai)

Jika bukan suatu keharusan, mintalah izin untuk off camera dengan menyertakan alasannya kenapa seperti "saya dapat lebih fokus menyimak penjelasan saat off cam". Tapi perhatikan dulu budaya kerja di tempat kerjamu karena mungkin sebagian atasan ingin melihat karyawannya apakah benar-benar hadir atau semacamnya.

Dengan mematikan kamera, kamu juga bisa melakukan multitasking dengan melakukan pekerjaan lainnya atau bahkan melakukan pekerjaan rumah. Selain menghemat waktumu, hal ini dapat mengurangi tekanan untuk tampil di layar komputer.

4. Lakukan virtual meeting dengan orang-orang terdekat

ilustrasi virtual meeting dengan orang terdekat (pexels.com/Artem Podrez)

Setelah sekian banyak business virtual meeting yang kamu lakukan, kamu mulai jenuh dan merasakan asosiasi negatif terhadap virtual meeting. Yang kamu ingat mengenai virtual meeting adalah keharusan kita untuk berpakaian rapih, memaksakan tersenyum, atau gangguan komunikasi berkat internet yang tidak stabil.

Untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatif terhadap virtual meeting, ada baiknya kamu melakukan virtual meeting yang menyenangkan dan yang benar-benar ingin lakukan, bukan sesuatu yang dipaksaan atau keharusan. Contohnya, kamu bisa mengajak silaturahmi atau virtual meet up dengan keluarga dan teman-teman terdekatmu.

Kamu juga bisa saling mencurahkan masalah-masalah atau perasaan yang sedang kamu hadapi kepada keluarga atau teman-temanmu. Win-win solution, bukan?

5. Buat jadwal pertemuan dan temukan format yang cocok untukmu

ilustrasi membuat jadwal (pexels.com/cottonbro)

Jika kamu bisa menentukan jadwal virtual meeting, pilihlah jadwal yang paling cocok untukmu. Misalnya, banyak yang ingin melakukan virtual meeting pada pagi hari sekitar pukul 9-10 karena tubuh dan pikiran kita yang masih segar dapat menerima informasi lebih baik.

Namun ada juga lebih memilih melakukan virtual meeting pada siang hari setelah makan siang. Sebelumnya, mereka akan melakukan tugas lain di pagi hari, sedangkan di siang menjelang sore harinya mereka akan memproses hasil diskusi dari virtual meeting yang baru saja mereka lakukan. 

Zoom fatigue memang hanya sebagian kecil dari faktor penyebab burnout. Namun jika dianggap enteng, zoom fatigue dapat menjadi penyebab utama burnout yang telah menjadi isu global.

Jangan ragu untuk meminta bantuan jika kamu merasa lelah dan kewalahan dalam urusan pekerjaan. Work-life ballance merupakan kunci dari hidup yang berkualitas dan kesejahteraan diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us