Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Osteonecrosis, Penyakit Tulang Akibat Kurang Pasokan Darah

ilustrasi sakit (freepik.com/mdjaff)
ilustrasi sakit (freepik.com/mdjaff)

Osteonecrosis atau avascular necrosis (AVN) merupakan sebuah kondisi matinya jaringan tulang karena kurangnya pasokan darah. Tulang yang mengalami kondisi ini, seperti tulang pinggul, akhirnya mengalami keretakan dan remuk.

Laman Mayo Clinic menyebutkan, kebiasaan minum alkohol dan konsumsi obat steroid dosis tinggi dapat memicu muncul nekrosis aseptik, sebutan lainnya. Selain itu, meskipun orang berusia antara 30–60 tahun lebih sering menderitanya, kamu yang masih muda juga dapat mengalami osteonecrosis juga, lho.

Lantas, apa penyebab, gejala, pengobatan, dan cara pencegahan dari osteonecrosis? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!

1. Penyebab penyakit osteonecrosis

ilustrasi obat (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Seperti yang telah disinggung di awal, osteonecrosis dapat dikarenakan terlalu sering minum alkohol ataupun konsumsi obat steroid, seperti prednisone dan cortisone.

Dari Healthline, kelebihan penggunaan obat-obatan tersebut bisa meningkatkan kadar lemak dalam darah sehingga menyumbat pembuluh arteri. Tentu, ini menyebabkan peredaran darah menuju sejumlah bagian tubuh, termasuk tulang, menjadi terhambat.

Di samping itu, melansir berbagai sumber, adapun faktor penyebab terjadinya osteonecrosis adalah:

  • Cedera, seperti fraktur (retak) atau sendi terkilir;
  • Kerusakan pada pembuluh darah;
  • Merokok;
  • Penyakit tertentu, misalnya penyakit Legg-Calve Perthes, anemia sel sabit, dan penyakit Gaucher.

2. Faktor risiko osteonecrosis

ilustrasi sakit pada lutut (freepik.com/jcomp)
ilustrasi sakit pada lutut (freepik.com/jcomp)

Ada sejumlah kondisi yang dapat meningkatkan risiko osteonecrosis pada seseorang. Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, beberapa di antaranya adalah:

  • Cedera;
  • Penggunaan obat steroid;
  • Penyakit Caisson;
  • Kelainan pada darah;
  • Kemoterapi;
  • Pengobatan radiasi;
  • Pankreatitis;
  • Penyakit dekompresi;
  • HIV;
  • Kondisi hiperkoagulasi;
  • Hiperlipidemia;
  • Penyakit autoimun.

Selain faktor usia, ternyata, laki-laki lebih berisiko mengidap nekrosis aseptik ketimbang perempuan, lho.

3. Apa saja gejala yang muncul?

ilustrasi sakit pada lutut (freepik.com/jcomp)
ilustrasi sakit pada lutut (freepik.com/jcomp)

Osteonecrosis memang lebih sering menyerang tulang pinggul dan lutut. Kendati demikian, tidak mustahil bagian bahu, tangan, kaki, maupun rahang mengalami kondisi sedemikian.

Perlu kamu ketahui juga, penyakit yang menyerang tulang ini sering tidak menunjukkan gejala awal. Barulah setelah sel-sel tulang mati, sejumlah gejala mulai bermunculan. Menurut laman Healthline, berikut urutan kemunculannya:

  • Nyeri ringan sampai berat pada atau sekitar sendi;
  • Sakit di bagian selangkangan yang menjalar ke lutut;
  • Muncul rasa sakit apabila pinggul atau lutut diberi beban;
  • Nyeri sendi yang menyebabkan terbatasnya pergerakan.

Nyeri yang dirasakan bisa semakin luar biasa terutama karena adanya retakan-retakan kecil pada tulang (fraktur mikro). Apabila tidak segera ditangani, tulang bisa hancur, sendi mengalami kerusakan, dan akhirnya berkembang menjadi artritis atau radang sendi.

4. Diagnosis osteonecrosis

ilustrasi CT Scan (pixabay.com/mufidpwt)
ilustrasi CT Scan (pixabay.com/mufidpwt)

Jika sudah mulai merasakan gejala-gejala yang telah disebutkan di poin sebelumnya, maka kamu sebaiknya segera menjumpai dokter. Nantinya, kamu akan menjalani pemeriksaan fisik dan pengecekan riwayat medis.

Untuk diagnosis osteonecrosis, umumnya dilakukan dengan prosedur:

  • Sinar-X. Pemanfaatan elektromagnetik untuk mencitrakan jaringan internal, organ, ataupun tulang dalam tubuh;
  • CAT atau CT Scan. Juga menggunakan sinar-X untuk menampilkan rincian tulang, otot, lemak, dan organ tubuh. Umumnya, CT scan lebih dapat diandalkan karena hasilnya yang lebih detail;
  • Pencitraan resonansi magnetik (MRI). Prosedur ini menggunakan magnet besar, frekuensi radio, dan komputer untuk membuat gambar detail organ dan struktur di dalam tubuh;
  • Evaluasi fungsional tulang. Melalui proses ini, tulang pasien akan dibedah untuk mengukur tekanan pada tulang tersebut;
  • Biopsi. Teknik ini melibatkan pengambilan jaringan tulang untuk diperiksa apakah terdapat kanker atau sel abnormal lainnya pada tulang dengan bantuan mikroskop;
  • Pemindaian tulang radionuklida. Ada keterlibatan bahan radioaktif dalam tes ini. Jadi, bahan tersebut dimasukkan ke dalam darah untuk memeriksa bagaimana aliran darah menuju dan aktivitas sel dalam tulang.

5. Bagaimana cara mengobatinya?

ilustrasi prosedur pembedahan (pixabay.com/sasint)

Untuk pengobatan osteonecrosis sendiri, tidak boleh sembarangan. Mengutip laman Johns Hopkins Medicine, sejumlah variabel harus diperiksa terlebih dahulu, yakni:

  • Umur, kesehatan tubuh secara keseluruhan, dan riwayat medis pasien;
  • Lokasi dan jumlah tulang yang terkena;
  • Tingkat keparahan dari tulang yang terkena;
  • Penyebab osteonecrosis yang diderita;
  • Toleransi pasien terhadap konsumsi maupun metode
  • pengobatan tertentu;
  • Kalkulasi tentang perkembangan penyakit yang dialami pasien;
  • Preferensi atau pendapat pasien.

Setelah itu, barulah dokter menyarankan prosedur pengobatan yang sesuai dengan kondisimu. Misalnya:

  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat NSAID (misalnya ibuprofen), obat pengencer darah (misalnya warfarin), obat osteoporosis (misalnya binosto), atau obat penurun kolesterol;
  • Terapi fisik berupa latihan olahraga agar sendi tubuh tetap dapat digerakkan.

Semisal metode tadi tidak menunjukkan adanya pembaikan, maka pembedahan sangat mungkin dilakukan. Dari Healthline, berikut sejumlah prosedurnya:

  • Core decompression (dekompresi inti), yaitu proses pengangkatan inti tulang dengan cara mengebor tulang. Hal ini supaya mengurangi beban pada sendi dan membuat saluran bagi pembuluh darah baru untuk meningkatkan suplai darah;
  • Cangkok tulang, yakni mengambil sel tulang sehat untuk digantikan pada bagian yang sudah mati;
  • Cangkok fibula vaskular, merupakan proses pencangkokan tulang fibula beserta pembuluh arteri dan venanya untuk diletakkan pada bagian pinggul yang terkena;
  • Osteotomi, adalah proses pembentukan tulang kembali untuk mengurangi tekanan pada sendi.

6. Tindak pencegahan osteonecrosis

ilustrasi alkohol (pexels.com/Chris F)

Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Maka dari itu, agar kamu tidak menderita penyakit osteonecrosis, berikut sejumlah kiat dari laman Mayo Clinic yang dapat kamu terapkan:

  • Mengurangi atau berhenti mengonsumsi minuman beralkohol;
    Berhenti merokok;
  • Menjaga agar kadar kolesterol dalam darah tetap normal;
  • Memerhatikan penggunaan obat steroid.

Di samping itu, jika penyakit ini terjadi pada area rahang, maka tindak pencegahannya berupa:

  • Rajin menyikat gigi;
  • Rutin memeriksakan diri ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali;
  • Apabila kamu mengeluhkan gusi bengkak/memerah atau sakit di bagian rahang, segera kunjungi dokter gigi.

Osteonecrosis dapat menyerang siapa saja. Oleh karena itu, penting bagi kamu yang masih muda untuk menjaga kesehatan. Kamu bisa mulai menerapkan kebiasaan sehat agar terhindar dari penyakit tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fachrama Sumitro
EditorFachrama Sumitro
Follow Us