Apa Itu Anger Issue? Ini Jenis, Gejala, dan Penanganannya

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh Yohana Sondang Activa Hutabarat, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog
Kemarahan adalah emosi dasar manusia yang menjadi respons alami dan naluriah terhadap ancaman. Kemarahan kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Namun, kemarahan dapat menjadi masalah ketika kamu sulit mengendalikannya, sehingga membuatmu mampu berperilaku atau mengucapkan hal-hal yang mungkin dapat kamu sesali.
Kemarahan yang tidak terkendali juga berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Bila kemarahan tidak ditangani, maka dapat berkembang menjadi kekerasan verbal atau fisik, atau bahkan merugikan diri sendiri dan relasi dengan orang-orang di sekitarmu. Berikut penjelasan lebih lengkap terkait apa itu anger issue.
1. Jenis anger issue
Kemarahan dapat ditunjukkan dalam beberapa cara berbeda dan dengan tingkat intensitas yang berbeda:
- Inward anger atau kemarahan batin: Jenis kemarahan ini diarahkan secara internal dan dapat mencakup pikiran gelap dan depresi serta pembicaraan diri yang negatif. Menghukum diri sendiri biasanya dikaitkan dengan kemarahan batin, seperti menyangkal hal-hal yang disukai, seperti menonton televisi atau berolahraga. Itu bahkan bisa berarti menyangkal kebutuhan dasar seperti makanan dan air.
- Outward anger atau kemarahan yang diekspresikan: Jenis kemarahan ini melibatkan ekspresi kemarahan secara verbal atau fisik terhadap orang lain dan hal-hal lain. Bentuk perilaku seperti melempar atau memecahkan barang, menyerang orang lain, serta berteriak dan memaki.
- Passive anger atau kemarahan pasif: Juga dikenal sebagai perilaku pasif agresif, bentuk kemarahan pasif agresif dapat mencakup tindakan seperti menyindir atau merendahkan orang lain, mendiamkan orang lain, dan merajuk.
2. Penyebab anger issue

Banyak hal yang dapat memicu penyebab anger issue atau kondisi seseorang lebih mudah marah. Marah pada dasarnya adalah emosi yang normal dan tidak serta merta menjadi gangguan, tetapi kemarahan bisa menjadi salah satu gejala dari kondisi gangguan kesehatan mental.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan anger issue:
Depresi
Kemarahan bisa menjadi salah satu gejala depresi, yang ditandai dengan perasaan sedih dan kehilangan minat yang berlangsung terus-menerus setidaknya selama dua minggu. Pada orang dengan depresi, sensitifitas yang dirasakan dapat menjadi penyebab marah yang reaktif dan tidak terkendali.
Gejala lainnya yang bisa dialami meliputi:
- Cepat marah.
- Ide/pikiran untuk melakukan bunuh diri.
- Pemikiran menyakiti orang lain atau diri sendiri.
Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
OCD adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran obsesif dan perilaku kompulsif. Seseorang dengan OCD memiliki pikiran, dorongan, atau gambaran yang tidak diinginkan dan mengganggu yang mendorong mereka untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang.
Misalnya, mereka mungkin melakukan ritual tertentu, seperti menghitung angka atau mengulangi kata atau frasa, karena keyakinan irasional bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi jika mereka tidak melakukannya.
Menurut penelitian, kemarahan adalah gejala umum pada OCD, dan mempengaruhi setengah dari orang dengan OCD.
Kemarahan dapat hadir sebagai wujud dari rasa frustasi terhadap ketidakmampuan untuk mencegah pikiran obsesif dan perilaku kompulsif, atau karena ada seseorang atau sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Penyalahgunaan alkohol
Mengkonsumsi minuman beralkohol dapat meningkatkan agresifitas, dan juga berpotensi menjadi penyebab kekerasan.
Penyalahgunaan alkohol (alkoholisme) merujuk pada mengonsumsi terlalu banyak alkohol sekaligus atau secara teratur.
Alkohol merusak kemampuan seseorang untuk berpikir jernih dan membuat keputusan yang rasional. Hal ini mempengaruhi kendali impuls dan dapat mempersulit untuk mengendalikan emosi, salah satunya adalah emosi marah.
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan gejala seperti kurangnya perhatian, hiperaktif, dan atau impulsif.
Gejala biasanya dimulai pada anak usia dini dan berlanjut sepanjang hidup seseorang. Beberapa orang tidak terdiagnosis hingga dewasa, yang terkadang disebut sebagai ADHD dewasa.
Kemarahan dan temperamen pendek juga dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia dengan ADHD. Gejala lainnya termasuk:
- Kegelisahan.
- Masalah fokus.
- Keterampilan manajemen waktu atau perencanaan yang buruk.
Oppositional defiant disorder (ODD)
ODD adalah gangguan perilaku yang mempengaruhi 1% hingga 16% kanak-kanak usia sekolah. Gejala umum ODD meliputi:
- Kemarahan.
- Temperamen panas.
- Sifat lekas marah.
Anak-anak dengan ODD sering kali mudah terganggu oleh orang lain. Mereka mungkin menantang dan argumentatif.
Gangguan bipolar
Gangguan bipolar adalah gangguan kepribadian yang menyebabkan perubahan drastis pada suasana hati.
Pergeseran suasana hati yang intens ini dapat berkisar dari manik hingga depresi. Banyak orang dengan gangguan bipolar mungkin mengalami periode kemarahan, mudah tersinggung, dan marah.
Selama episode manik, orang dengan gangguan bipolar dapat:
- Menjadi mudah gelisah.
- Merasakan euforia.
- Memiliki pikiran bercabang.
- Terlibat dalam perilaku impulsif atau sembrono.
Selama episode depresi, orang dengan gangguan bipolar bisa merasakan:
- Kesedihan, keputusasaan, dan penuh air mata.
- Kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai.
- Memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Intermittent explosive disorder (IED)
Seseorang dengan IED mengulangi episode perilaku agresif, impulsif, atau kekerasan. Ia mungkin bereaksi berlebihan terhadap situasi dengan ledakan kemarahan yang tidak sesuai dengan situasi.
Episode IED bisa berlangsung selama kurang dari 30 menit dan bisa terjadi tanpa peringatan. Orang dengan gangguan ini mungkin sering kesal, mudah tersinggung, dan marah.
Beberapa perilaku umum IED dapat termasuk:
- Amarah.
- Argumentatif.
- Berkelahi.
- Kekerasan fisik.
- Melempar barang.
Orang dengan IED mungkin merasa menyesal atau malu setelah suatu episode.
Fase keberdukaan
Kemarahan adalah salah satu tahap kesedihan. Kesedihan bisa datang dari kematian orang yang dicintai, perceraian atau perpisahan, atau kehilangan pekerjaan. Kemarahan dapat ditujukan kepada orang yang meninggal, orang lain yang terlibat dalam peristiwa tersebut, atau benda mati.
Gejala duka lainnya termasuk:
- Shock.
- Mati rasa.
- Merasa bersalah.
- Kesedihan.
- Kesepian.
- Ketakutan.
3. Gejala fisik dan mental dari anger issue
Kemarahan menyebabkan gejala fisik dan emosional. Meskipun mengalami gejala-gejala ini sesekali adalah hal yang wajar, tetapi seseorang dengan anger issue cenderung mengalami lebih sering dengan tingkat yang lebih parah.
Kemarahan mempengaruhi beberapa bagian tubuh, termasuk jantung, otot, dan otak. Kemarahan juga menyebabkan peningkatan kadar testosteron dan penurunan tingkat kortisol.
Gejala fisik dari kemarahan antara lain:
- Peningkatan tekanan darah.
- Detak jantung meningkat.
- Sensasi kesemutan.
- Ketegangan otot.
Ada sejumlah emosi yang berjalan seiring dengan kemarahan. Gejala di bawah ini terjadi sebelum, selama, atau setelah episode kemarahan:
- Mudah tersinggung.
- Frustrasi.
- Kecemasan.
- Mengamuk.
- Stres.
- Merasa kewalahan.
- Rasa bersalah.
4. Kapan harus menemui profesional kesehatan mental?

Jika anger issue memengaruhi kehidupan pribadi atau profesional sehari-hari, ada baiknya temui seorang profesional kesehatan mental baik psikolog maupun psikiater. Perhatikan tanda-tanda peringatan berikut ini:
- Amarah memengaruhi hubungan dan kehidupan sosial.
- Terdapat perasaan perlu menyembunyikan atau menahan amarah.
- Terdapat pemikiran negatif yang konstan dan hanya berfokus pada pengalaman negatif.
- Selalu merasa tidak sabar, kesal, dan agresif.
- Sering berargumen dengan orang lain dan merasa makin marah dalam proses tersebut.
- Mengancam dengan kekerasan kepada orang lain atau yang orang lain miliki.
- Ketidakmampuan untuk mengontrol amarah.
- Merasa didorong untuk melakukan kekerasan atau hal impulsif karena merasa marah seperti menyetir dengan ceroboh atau menghancurkan barang.
5. Penanganan anger issue
Kalau kamu berurusan dengan masalah kemarahan kronis, ada berbagai pilihan pengobatan. Profesional kesehatan mental biasanya akan mencoba beberapa pendekatan ini:
- Terapi perilaku kognitif: Merupakan tipe dasar dalam terapi berbicara (psikoterapi). Terapi ini berfokus untuk menolong individu untuk menjadi sadar akan pikiran dan perasaan kemudian belajar untuk merespon dengan sesuai.
- Solution-focused therapy (SFBT): Terapi singkat yang mementingkan pembahasan solusi daripada masalah itu sendiri. Misalnya, apa yang berbeda saat kamu dapat secara efektif mengelola pemicu atau perasaan yang biasanya menyebabkan kemarahan? Begitu kamu dapat menentukan dan memahami apa sebenarnya yang berbeda, kamu dapat mulai dengan sengaja melakukan lebih banyak dari apa yang telah dilakukan selama "pengecualian" tersebut.
- Teknik mindfulness: Memfokuskan kesadaran diri pada saat ini dan mengakui perasaan tanpa penilaian secara berulang. Teknik ini dapat membantu dengan menjadi lebih aktif sadar dan selaras dengan apa yang dikatakan tubuh. Ini akan membantu kamu lebih mengenali dan mendengarkan isyarat fisik sebelum marah.
- Obat-obatan psikofarmakologis: Meskipun obat-obatan tidak mengobati kemarahan secara khusus, tetapi ini bisa mengobati kondisi kesehatan mental yang mendasarinya, seperti depresi.
Kemarahan adalah emosi yang normal. Namun, jika kemarahan tidak terkendali atau memengaruhi hubungan, kamu mungkin memiliki anger issue.
Pahami bahwa kamu tidak harus menghadapi kemarahan sendiri. Carilah bantuan profesional dari psikiater atau psikolog untuk mengelolanya. Mereka dapat membantu mengatasi kemarahan dan mengidentifikasi kondisi kesehatan mental yang mendasarinya yang mungkin menjadi faktor penyebabnya. Dengan manajemen dan perawatan tepat lainnya, amarah dapat dikendalikan.
Referensi
"Signs of Anger Issues." WebMD. Diakses pada September 2024.
Staicu ML, Cuţov M. "Anger and health risk behaviors." J Med Life. 2010 Oct-Dec;3(4):372-5.
"Do I Have Anger Issues? How to Identify and Treat an Angry Outlook." Healthline. Diakses pada September 2024.
"Anger." Mind. Diakses pada September 2024.
Painuly NP, Grover S, Mattoo SK, Gupta N. "Anger attacks in obsessive compulsive disorder". Ind Psychiatry J. 2011 Jul;20(2):115-9.
"How Drugs & Alcohol Can Fuel Violent Behaviors." American Addiction Centers. Diakses pada September 2024.
"Signs that you may have anger issues and how to cope with it." Business Insider. Diakses pada September 2024.