Apakah Penerapan Cukai Minuman Manis Efektif?

Adanya rencana cukai pada minuman manis sudah terdengar selama beberapa tahun terakhir. Bahkan, Kementerian Kesehatan dikabarkan telah menyurati Kementerian Keuangan agar segera mengeluarkan kebijakan terkait cukai pada minuman manis. Dengan adanya cukai pada minuman manis diharapkan dapat menurunkan angka obesitas di Indonesia.
Konsumsi gula berlebih memang dikaitkan dengan peningkatan berat badan, termasuk obesitas. Oleh sebab itu, banyak pakar kesehatan yang menyarankan untuk membatasi asupan gula. Lantas, apakah penerapan cukai pada minuman manis efektif? Berikut pembahasannya!
1. Asupan gula berlebih memicu penyakit tidak menular

Saat ini, sangat mudah untuk mendapatkan makanan yang mengandung gula, termasuk minuman manis. Minuman manis merupakan sumber utama asupan gula dan konsumsinya berlebih di sebagian besar negara, terutama pada anak-anak dan remaja.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, satu kaleng minuman manis rata-rata mengandung sekitar 40 gram gula tambahan atau setara dengan 10 sendok teh.
Konsumsi gula tambahan berlebih merupakan faktor utama obesitas, diabetes, dan gigi berlubang. Untuk mencegah obesitas dan gigi berlubang pada anak-anak dan orang dewasa, WHO menyarankan mengurangi konsumsi gula tambahan kurang dari 10 persen dari asupan energi harian, atau setara dengan 12 sendok teh gula pada orang dewasa.
2. Minuman manis mengandung jenis gula yang bervariasi

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan, minuman manis bisa mengandung bentuk gula tambahan yang bervariasi, seperti gula merah, gula jagung, sirop jagung, dektrosa, fruktosa, glukosa, madu, laktosa, maltosa, sukrosa, dan lainnya.
Beberapa contoh minuman berpemanis di antaranya minuman berenergi, jus buah, kopi dan teh dengan gula tambahan, dan lain-lain.
Orang yang terbiasa mengonsumsi minuman manis 1 sampai 2 kaleng per hari atau lebih berisiko 26 persen mengalami diabetes tipe 2 daripada orang yang jarang mengonsumsinya. Selain itu, kebiasaan minum minuman manis berlebih juga dapat memicu obesitas, yang mana obesitas termasuk faktor risiko penyakit jantung, kanker, dan penyakit lainnya.
3. Pajak minuman manis menjadi salah satu cara mengurangi asupan gula

Salah satu upaya untuk mengurangi konsumsi gula adalah dengan pajak minuman manis. Sama halnya dengan kebijakan pajak tembakau untuk mengurangi penggunaan tembakau, pajak pada minuman manis juga dinilai dapat membantu mengurangi konsumsi gula. Selain membantu mengurangi asupan gula, pajak minuman manis juga dapat membantu mencegah obesitas secara tidak langsung.
WHO telah merilis manual pajak global untuk minuman manis. Selain itu, penerapan pajak pada minuman manis juga telah dilakukan pada banyak negara.
4. Apakah penerapan cukai minuman manis efektif?

Setidaknya sudah ada 85 negara yang menerapkan beberapa jenis pajak minuman manis. WHO menyebutkan bahwa beberapa negara yang telah berhasil menerapkan pajak untuk minuman manis di antaranya Meksiko, Afrika Selatan, dan Inggris.
Pajak dengan peningkatan harga sekitar 20 persen terbukti mengurangi konsumsi minuman manis sekitar 20 persen, sehingga membantu mencegah obesitas dan diabetes. Adanya pajak minuman manis juga mendorong produsen agar melakukan formulasi ulang untuk mengurangi jumlah gula pada produknya.
5. Pajak minuman manis terbukti menurunkan permintaan

Pajak tembakau, minuman beralkohol, termasuk minuman manis dinilai terbukti mencegah penyakit, cedera, dan kematian dini.
Direktur Promosi Kesehatan WHO, Dr. Ruediger Krech, mengatakan bahwa pajak minuman manis menjadi cara yang ampuh dalam meningkatkan kesehatan, karena dapat menyelamatkan nyawa sekaligus mencegah penyakit.
Penerapan pajak minuman manis terbukti mengurangi permintaan, sehingga pembelian berkurang. WHO juga meminta negara-negara agar menerapkan pajak pada minuman manis sehingga harga produk menjadi naik dan permintaan menjadi menurun.
Salah satu upaya untuk mengurangi konsumsi gula adalah dengan pajak minuman manis. Beberapa negara telah menerapkan pajak pada minuman manis. Cara ini dinilai terbukti mengurangi permintaan sehingga dapat membantu mencegah obesitas.