Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Difteri: Penyebab, Gejala, Penanganan dan Pencegahannya

healthand.com
healthand.com

Indonesia pernah diramaikan oleh wabah Difteri. Tercatat tiga ribu kasus Difteri terjadi sejak 2011 hingga 2016 lalu. Kemenkes bahkan menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Secara sederhana, difteri merupakan infeksi bakteri yang biasanya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan. Terkadang dapat pula memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan berpotensi mengancam nyawa.

Apakah yang menyebabkan penyakit ini? Bagaimana gejala dan upaya penanganan serta pencegahannya? Simak ulasan berikut ini.

1. Penyebab difteri

ppdictionary.com
ppdictionary.com

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Umumnya bakteri tersebut dapat menular melalui percikan ludah penderita ketika batuk atau bersin. Termasuk apabila seseorang menyentuh barang-barang yang telah terkontaminasi oleh bakteri penyebab Difteri atau menyentuh luka borok pada kulit penderita secara langsung.

Setelah masuk ke dalam tubuh, bakteri difteri akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan. Sel-sel mati inilah yang akan membentuk membran (lapisan tipis) berwarna abu-abu. Racun yang dihasilkan juga berpotensi menyebar dalam aliran darah serta merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf.

2. Gejala difteri

www.brilio.net
www.brilio.net

Mulanya, terkadang difteri tidak menunjukkan gejala apa pun. Hal ini karena Difteri memiliki masa inkubasi kurang lebih dua sampai lima hari. Gejala-gejala penyakit ini, antara lain:

  1. Terbentuknya lapisan tipis (membran) berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.
  2. Demam dan menggigil.
  3. Tenggorokan terasa sakit (radang) dan suara menjadi serak.
  4. Sulit bernapas atau napas yang cepat.
  5. Pembengkakan kelenjar limfe pada leher.
  6. Bicara melantur.
  7. Batuk yang keras.
  8. Tubuh lemas dan lelah.
  9. Pilek. Awalnya cair, tapi lama-kelamaan menjadi kental dan terkadang bercampur darah.
  10. Muncul tanda-tanda shock, seperti berkeringat dan kulit menjadi pucat.

3. Penanganan difteri

Flickr/Anant singh
Flickr/Anant singh

Apabila gejala-gejala Difteri telah muncul, sebaiknya segera lakukan isolasi ketat pada penderita. Hindari kontak langsung dengan orang lain agar bakteri difteri tidak menyebar. Selain itu, biarkan penderita beristirahat dan batasi segala aktivitas fisik agar tubuh tidak mudah lelah. Yang paling penting, bawalah penderita ke rumah sakit.

4. Pencegahan difteri

Ilustrasi vaksin. flickr/Sehat Negeriku
Ilustrasi vaksin. flickr/Sehat Negeriku

Langkah paling efektif untuk mencegah Difteri adalah dengan vaksin. Vaksin ini meliputi Difteri, Tetanus, dan Pertusis (batuk rejan) atau yang biasa disingkat vaksin DTP. Vaksin DTP diberikan sebanyak lima kali sejak bayi berusia 2 bulan, lalu dilanjutkan pada usia 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

Untuk anak usia di atas 7 tahun, diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap berfungsi sebagai booster yang manfaatnya mirip dengan vaksin DTP. Vaksin ini harus diulang setiap 10 tahun sekali, termasuk bagi orang dewasa.

Bagaimanapun, pola hidup yang sehat dan lingkungan yang higienis akan mampu menghambat pertumbuhan bakteri difteri. Perbanyaklah mengonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral untuk menjaga imunitas tubuh. Jangan lupa membiasakan cuci tangan agar terhindar dari bakteri atau virus yang hinggap pada barang yang kita sentuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hary Setiawan
EditorHary Setiawan
Follow Us