Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Gula Alkohol, Apakah Halal dan Lebih Sehat?

ilustrasi gula (pixabay.com/congerdesign)
ilustrasi gula (pixabay.com/congerdesign)

Gula memiliki peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya untuk memaniskan minuman, tetapi juga untuk menyeimbangkan rasa masakan. Konsumsi gula sah saja, asalkan tidak lebih dari 50 gram per hari.

Namun, banyak orang yang mulai mencari produk pengganti gula yang sama manisnya, tetapi lebih rendah kalori. Salah satunya adalah gula alkohol. Kenali lebih dekat, yuk!

1. Ditemukan secara alami dalam buah dan sayur

Dilansir Healthline, gula alkohol atau poliol adalah hibrida dari molekul gula dan molekul alkohol. Terlepas dari namanya, sebenarnya gula alkohol tidak mengandung etanol.

Gula alkohol ditemukan secara alami pada produk nabati, seperti buah-buahan dan sayuran. Contoh gula alkohol adalah eritritol, maltitol, sorbitol, xylitol, isomalt, manitol, dan hidrolisat pati terhidrogenasi.

2. Kalorinya lebih rendah dan tidak menyebabkan kerusakan gigi

ilustrasi gigi yang sehat (pixabay.com/annabeauty)
ilustrasi gigi yang sehat (pixabay.com/annabeauty)

Sebagai pemanis rendah kalori, gula alkohol mengandung 1,5–3 kalori per gram. Sementara itu, gula biasa mengandung 4 kalori per gram, mengutip Yale New Haven Hospital.

Selain itu, gula alkohol tidak menyebabkan kerusakan gigi, karena bakteri jahat tidak bisa mencernanya dan mengubahnya menjadi asam. Justru, gula alkohol bisa menurunkan kejadian karies gigi (International Journal of Dentistry, 2010).

Karena gula alkohol terurai perlahan di usus, itu membuat kadar gula darah tetap terjaga dan tidak menyebabkan insulin melonjak tiba-tiba. Oleh karena itu, sangat cocok bagi orang yang memiliki diabetes.

3. Di sisi lain, dapat menyebabkan masalah pencernaan

Gula alkohol tidak 100 persen terbebas dari efek samping. Mengonsumsinya dalam jumlah besar bisa menyebabkan masalah gastrointestinal (pencernaan), seperti sakit perut, diare, hingga menceret.

Karena dicerna secara perlahan, gula alkohol memiliki lebih banyak waktu untuk memberi makan bakteri di usus, ungkap Harvard Health Publishing. Ini akan menyebabkan fermentasi dan gas berlebih.

Akan tetapi, efek ini tidak mutlak terjadi. Ini tergantung kondisi pencernaan, metabolisme, komposisi mikrobioma usus, dan kebiasaan makan masing-masing individu.

Disarankan untuk mengonsumsi gula alkohol secara bertahap dan mengamati respons tubuh terlebih dahulu, sebelum memutuskan untuk menggunakannya dalam jangka panjang.

Anyway, meski terdapat embel-embel “alkohol”, produk pemanis ini dianggap halal menurut syariat Islam. Ini karena gula alkohol tidak mengandung etanol dan tidak memiliki efek memabukkan, jelas laman Halal Guidance.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nena Zakiah
Nuruliar F
Nena Zakiah
EditorNena Zakiah
Follow Us