Studi: Kualitas Tidur Malam yang Buruk Bisa Picu Migrain

Menurut penelitian dalam jurnal Frontiers in Neurology, lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia mengalami setidaknya satu serangan migrain setiap tahunnya.
Serangan migrain bisa sangat membebani orang yang mengalaminya dan sering kali bisa dipicu oleh berbagai faktor.
Temuan studi dalam jurnal Neurology yang terbit pada Januari 2024 menemukan bahwa penurunan kualitas tidur memengaruhi serangan migrain. Kualitas tidur buruk pada malam sebelumnya meningkatkan risiko serangan migrain keesokan harinya hingga 22 persen.
1. Melibatkan 477 peserta

Para peneliti ingin mempelajari lebih lanjut tentang cara memprediksi serangan migrain melalui pelacakan aplikasi ponsel dan buku harian elektronik.
Studi ini melibatkan 477 peserta, dengan peserta termuda berusia 7 tahun dan peserta tertua berusia 84 tahun. Ada 291 peserta perempuan dan 186 peserta laki-laki.
Menurut para peneliti, ini menjadi faktor yang membedakan penelitian mereka dari penelitian sebelumnya, karena studi lain biasanya memiliki sebagian besar peserta perempuan.
2. Metode studi menggunakan buku harian elektronik

Para peserta harus melaporkan keadaan emosi mereka sepanjang hari dalam buku harian elektronik. Keadaan emosional tersebut meliputi:
- Kecemasan
- Suasana hati
- Energi
- Tingkat stres
Para peserta juga melaporkan persepsi kualitas tidur dan durasi tidur mereka dengan aplikasi seluler. Mereka memakai monitor actigraphy, yang terlihat mirip dengan jam tangan pintar dan mengukur aktivitas (termasuk waktu tidur, waktu bangun, dan gangguan tidur apa pun).
Para peserta mencatat informasi tersebut selama dua minggu. Setelah informasi terkumpul, para peneliti melakukan analisis statistik terhadap data.
3. Kualitas tidur yang rendah meningkatkan risiko migrain

Dari hasil analisis, orang yang merasa kualitas tidurnya lebih rendah mengalami peningkatan 22 persen risiko diserang migrain keesokan harinya. Namun, ini tidak berdampak pada kemungkinan sakit kepala pada sore atau malam hari.
Dibandingkan dengan hasil tidur yang ditampilkan pada monitor actigraphy, terdapat perbedaan antara kualitas tidur yang dirasakan dan kualitas tidur sebenarnya.
Para peneliti juga menemukan bahwa tingkat energi yang lebih rendah pada hari sebelumnya meningkatkan kemungkinan serangan pagi hari keesokan harinya sebesar 16 persen.
Sebaliknya, orang yang mengalami tingkat energi ditambah dengan tingkat stres yang lebih tinggi dari biasanya mengalami peningkatan sebesar 17 persen diserang migrain keesokan harinya, baik pada sore ataupun malam hari.
Para ilmuwan mengatakan bahwa mereka tidak menemukan hubungan antara masalah suasana hati—seperti depresi atau tingkat kecemasan—dan peningkatan risiko migrain.
4. Berkaitan dengan ritme sirkadian

Dilansir Medical News Today, kaitan antara serangan migrain dan kualitas tidur berhubungan dengan ritme sirkadian. Ini adalah proses internal alami yang mengatur siklus tidur-bangun yang diulangi kira-kira setiap 24 jam.
Ritme sirkadian berkaitan dengan berbagai proses dalam tubuh. Ini termasuk kewaspadaan atau kantuk, nafsu makan, dan suhu tubuh, mengutip dari Sleep Foundation.
Gangguan ritme sirkadian dapat memengaruhi perasaan kamu sepanjang hari dan bahkan dapat menyebabkan masalah memori. Pada akhirnya, ini bisa berdampak pada kemungkinan kamu mengalami migrain.
Penelitian ini menawarkan lebih banyak wawasan tentang bagaimana pola tidur dan energi dapat digunakan untuk memprediksi migrain. Mengetahui pola ini dapat memberi orang dengan riwayat migrain kemampuan untuk meningkatkan kesadaran diri dan mengelola kondisi mereka.