Normalkah Pendarahan Setelah Melahirkan? Kenali Gejalanya

Ada yang normal, ada yang tidak

Pendarahan setelah melahirkan merupakan hal normal. Darah yang keluar tersebut disebut sebagai lochia. Memasuki masa nifas, tubuh akan membuang darah dan jaringan ekstra yang membantu janin berkembang dalam kandungan.

Namun, pendarahan bisa dikatakan tidak lagi wajar dalam kondisi tertentu. Pahami perbedaannya dan ketahui kapan ibu perlu membuat jadwal temu dengan dokter.

Pendarahan setelah melahirkan yang normal

Dilansir WebMD, darah yang normal pasca melahirkan memiliki warna merah cerah dan bisa diikuti gumpalan pada awal kelahiran. Ukuran pun seharusnya tidak terlalu besar. 

Adanya semburan saat darah keluar juga dalam kategori wajar, terlebih ketika berpindah posisi dari duduk ke berdiri. Hal ini terjadi karena bentuk vagina. Ketika kamu duduk dan berbaring, darah akan terkumpul layaknya pada cangkir. Lalu, mengalir begitu kamu berdiri.

Pendarahan akan terus berkurang seiring berjalannya waktu. Setelah melewati hari ke-10, volume darah normal yang keluar makin berkurang. Beberapa bahkan sudah mengalami flek hingga 6 minggu pasca bersalin.

Pada awal masa setelah melahirkan, kamu mungkin perlu mengenakan pembalut khusus medis mengingat volume darah yang sangat banyak. Namun, setelah darah berkurang, kamu bisa menggunakan pembalut biasa. Hindari menggunakan tampon karena dapat menyebabkan infeksi.

Gejala pendarahan setelah melahirkan yang harus diwaspadai

Normalkah Pendarahan Setelah Melahirkan? Kenali Gejalanyailustrasi pendarahan vagina (pexels.com/Karolina Grabowska)

Dalam kondisi tertentu, pendarahan setelah melahirkan bisa dikatakan tidak normal. Termasuk jika volume darah yang keluar terus banyak selama berhari-hari. Kondisi ini juga disebut sebagai postpartum hemorrhage (PPH) yang tidak normal.

Dilansir March of Dimes, Beberapa gejala yang bisa menandai postpartum hemorrhage, yakni:

  • Pendarahan vagina yang tidak melambat atau berkurang
  • Penurunan tekanan darah atau  tanda-tanda syok. Termasuk penglihatan kabur, menggigil, kulit lembap, detak jantung sangat cepat, bingung, pusing, mengantuk, serta lemah hingga terasa ingin pingsan
  • Mual atau muntah
  • Kulit pucat
  • Pembengkakan di sekitar vagina atau perineum (bagian antara vagina dan anus).

Jika mengalami satu atau lebih tanda-tanda di atas, sebaiknya segera menghubungi dokter. Kondisi tersebut membutuhkan perawatan dan penanganan medis secara cepat dan tepat.

Baca Juga: Tahap Pertumbuhkembangan Bayi Usia 0-12 Bulan, Yuk Cermati!

Faktor risiko pendarahan pasca melahirkan

Normalkah Pendarahan Setelah Melahirkan? Kenali Gejalanyailustrasi pendarahan dan menstruasi (pexels.com/Cliff Booth)

Hal-hal yang menyebabkan seseorang lebih berpotensi mendapatkan postpartum hemorrhage dibanding perempuan lain disebut faktor risiko. Ada beberapa kondisi yang memungkinkan seseorang mengalami pendarahan tersebut.

Pertama, kesehatan rahim, seperti kondisi berikut ini:

  • Atonia uteri: otot-otot di rahim tidak berkontraksi (mengencang) dengan baik setelah lahir sehingga kurang bisa menahan darah dengan baik
  • Inversi uterus: kondisi langka rahim keluar setelah persalinan
  • Ruptur uteri: rahim robek selama persalinan yang bisa dipicu akibat bekas sayatan dari operasi di rahim

Kedua, kondisi plasenta yang meliputi:

  • Solusio plasenta: plasenta terpisah lebih awal dari dinding rahim sebelum lahir
  • Plasenta akreta, plasenta inkreta atau plasenta perkreta: ketika plasenta tumbuh ke dinding rahim terlalu dalam sehingga tidak bisa terpisah
  • Plasenta previa: plasenta terletak sangat rendah di dalam rahim dan menutupi seluruh atau sebagian serviks
  • Plasenta yang tertahan: dikatakan demikian ketika plasenta tidak keluar 30 hingga 60 menit setelah melahirkan.

Ketiga, kondisi persalinan dan ketika kelahiran yang mungkin mengalami:

  • Operasi caesar 
  • Anestesi umum selama proses melahirkan
  • Obat induksi persalinan
  • Obat menghentikan kontraksi selama persalinan prematur
  • Robekan (laserasi): jaringan di vagina atau leher rahim terpotong atau robek saat lahir
  • Durasi persalinan yang bertambah 

Kondisi kesehatan lainnya, seperti:

  • Darah yang memicu hematoma atau bekuan darah akibat pembuluh darah pecah (contohnya: penyakit von Willebrand atau koagulasi intravaskular diseminata)
  • Adanya infeksi. Misalnya, korioamnionitis yang merupakan infeksi pada plasenta dan cairan ketuban
  • Obesitas
  • Preeklamsia.

Pengobatan dan perawatan pendarahan pasca melahirkan yang tidak normal

Normalkah Pendarahan Setelah Melahirkan? Kenali Gejalanyailustrasi pendarahan dan menstruasi (pexels.com/cottonbro)

Guna mendeteksi penyebab secara menyeluruh, dokter mungkin melakukan beberapa pemeriksaan. Termasuk USG, hematokrit atau tes darah, mengukur jumlah kehilangan darah, pemeriksaan panggul, dan pemeriksaan fisik umum lainnya.

Perawatan yang diberikan tentu menyesuaikan kondisi individu yang mengalami pendarahan pasca melahirkan. Tindakannya bisa jadi:

  • Mendapatkan cairan infus, obat-obatan, hingga transfusi darah yang berfungsi mengurangi jumlah darah keluar dan memastikan kadar darah tubuh normal
  • Operasi. Dua tindakan yang mungkin dilakukan yakni histerektomi (pengangkatan rahim ketika perawatan lain tidak membuahkan hasil) dan laparatomi (pembedahan perut untuk mencari dan menutup sumber pendarahan)
  • Pijatan rahim. Dilakukan hanya oleh ahli medis untuk membantu menginduksi kontraksi, mengurangi pendarahan, dan memicu tubuh mengeluarkan gumpalan
  • Mengenakan masker oksigen guna menyuplai mempermudah proses pernapasan
  • Mengeluarkan sisa plasenta, membungkus rahim dengan alat khusus sehingga pendarahan berkurang 
  • Embolisasi pembuluh darah. Dokter akan mencari pembuluh darah yang menyebabkan pendarahan dan menyuntikkan zat khusus agar pendarahan berhenti
  • Mengonsumsi suplemen zat besi ekstra sebagai suplai penambah darah. Langkah ini mungkin bersifat pendamping setelah mendapatkan perawatan medis dari dokter.

Pendarahan setelah melahirkan tidak normal perlu mendapatkan bantuan medis segera. Pasalnya, terlalu banyak kehilangan darah bisa menyebabkan ibu lemas hingga berakibat fatal.

Baca Juga: 10 Mitos seputar Masa Nifas, Jangan Sampai Keliru! 

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya