5 Alasan Medis Mengapa Kehilangan Pendengaran Kerap Tidak Terdeteksi

Salah satunya dikira migrain

Kehilangan pendengaran atau hearing loss adalah kondisi medis seseorang kehilangan kemampuan pendengaran yang disebabkan oleh gangguan di dalam telinga seperti gendang telinga pecah, kotoran di telinga yang menumpuk (earwax), atau infeksi telinga.

Merujuk bab buku berjudul "Hearing Loss" yang dimuat di StatPearls tahun 2021, ada tiga jenis kehilangan pendengaran yaitu conductive, sensorineural, atau mixed. Ketiga jenis kehilangan pendengaran ini mempunyai gejala yang mirip dengan kondisi medis yang lain. Kemiripan ini mengakibatkan diagnosa kehilangan pendengaran menjadi terlambat yang kemudian mengakibatkan orang tersebut tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara maksimal. Simak ulasan berikut untuk mengetahui penjelasannya.

1. Perkembangannya terjadi lambat

5 Alasan Medis Mengapa Kehilangan Pendengaran Kerap Tidak Terdeteksiilustrasi orang dewasa kesulitan mendengar (freepik.com/drobotdean)

Dilansir American Speech Language Hearing Association (ASHA),  penyebab seseorang terlambat untuk mendapatkan pengobatan dini saat mengalami kehilangan pendengaran karena proses munculnya gejala berlangsung lambat. Hal ini sering terjadi pada orang yang usianya tidak muda lagi, dan yang pertama kali mencurigai bahwa orang yang bersangkutan mengalami kehilangan pendengaran adalah anggota keluarga seperti istri atau suami.

Presbycusis adalah sebuah istilah medis untuk seseorang yang mengalami kehilangan pendengaran akibat bertambahnya usia. Gejala presbycusis terjadi sangat lambat dan muncul di dua telinga. Laman ASHA juga menambahkan salah satu gejala utama yang patut diwaspadai adalah tidak dapat mendengar dan kesulitan memahami percakapan di ruangan yang gaduh.

2. Gejalanya mirip dengan kondisi telinga yang tersumbat

5 Alasan Medis Mengapa Kehilangan Pendengaran Kerap Tidak Terdeteksiilustrasi dokter memeriksa telinga pasien (freepik.com/prostooleh)

Sudden Sensorineural Hearing Loss (SSNHL) atau tuli mendadak merupakan salah satu jenis kehilangan pendengaran. SSNHL mempunyai gejala yang sangat mirip dengan gejala telinga tersumbat akibat kotoran (earwax) atau alergi.

Untuk memastikan apakah seseorang mengalami jenis kehilangan pendengaran seperti SSNHL atau gangguan pendengaran akibat alergi atau kotoran telinga, dokter perlu melakukan tes pendengaran. Dilansir healinghealthcenters, apabila pendengaran tidak kembali normal dalam beberapa jam dan disertai dengan rasa sakit akibat tekanan di dalam telinga, segera periksakan diri ke dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).

Baca Juga: 5 Aktivitas yang Bisa Memicu Gangguan Pendengaran, Jarang Disadari

3. Disalahartikan sebagai gangguan perilaku

5 Alasan Medis Mengapa Kehilangan Pendengaran Kerap Tidak Terdeteksiilustrasi siswa belajar di kelas (unsplash.com/CDC)

Dilansir Oregon Health and Science University (OHSU), kehilangan pendengaran yang tidak terdeteksi atau tidak segera diobati di anak-anak dapat dianggap sebagai gangguan perilaku atau kesulitan dalam belajar (learning difficulties).

Salah satu jenis kehilangan pendengaran yang umumnya terjadi pada anak adalah conductive hearing loss. Kondisi ini umumnya terjadi karena kelainan di struktur kanal telinga luar atau di telinga tengah yang menyebabkan suara tidak dapat masuk ke dalam telinga bagian dalam. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyarankan agar anak usia sekolah mengikuti tes pendengaran sebelum masuk/memulai sekolah. Mengulang tes pendengaran juga perlu untuk dilakukan apabila anak menunjukkan gejala yang mengarah kepada kehilangan pendengaran. 

Beberapa tanda apabila anak memiliki masalah dalam pendengaran antara lain: 

  • Menyalakan volume TV sangat keras/tidak wajar
  • Kesulitan mengikuti instruksi
  • Pengucapan kata tidak jelas
  • Dapat mendengar suara tertentu, tetapi tidak dengan suara lain.
  • Sering bertanya "Apa?" atau "Huh?"

4. Akibat dari migrain

5 Alasan Medis Mengapa Kehilangan Pendengaran Kerap Tidak Terdeteksiilustrasi audiogram tes pendengaran (hear.com)

Gejala kehilangan pendengaran juga mirip dengan gejala seseorang yang terkena migrain khususnya migrain koklea (cochlear migraine). Dilansir The Hearing Journal tahun 2018, seseorang yang menderita migrain koklea akan mengalami kehilangan pendengaran, sensasi telinga berdering (tinnitus), dan telinga menjadi lebih peka terhadap suara/bunyi di sekitar (hiperakusis).

Migrain koklea mudah tertukar dengan idiopatik sudden sensorineural hearing loss (ISSHL) karena gejala kehilangan pendengaran di migrain koklea cukup serius di mana hasil tes pendengaran menunjukkan angka > 30dB (decibels) di 3 frekuensi.

5. Dianggap memiliki demensia

5 Alasan Medis Mengapa Kehilangan Pendengaran Kerap Tidak Terdeteksiilustrasi lansia duduk termenung (pixabay.com/pasja1000)

Profesor Catherine McMahon dari Macquarie University di Australia mengatakan orang lanjut usia (lansia) yang menunjukkan gejala kehilangan pendengaran kerap dianggap mempunyai demensia karena mereka lupa topik apa yang dibicarakan. Padahal orang lansia berusaha keras untuk mendengarkan apa yang diucapkan oleh lawan bicara, dan karena kesulitan untuk mendengar, mereka kemudian lupa apa yang tadi dibicarakan.

Kondisi medis seperti migrain, faktor usia, demensia, dan gangguan perilaku mempunyai gejala yang mirip dengan gejala kehilangan pendengaran. Untuk anak-anak baik saat masih bayi maupun di usia sekolah, tes pendengaran perlu dilakukan saat orang tua mencurigai anak terlambat berbicara, terlihat tidak responsif, atau kesulitan dalam belajar. Fungsi dari tes pendengaran ini untuk memastikan anak mendapatkan intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.

Demikian pula dengan orang dewasa, kondisi medis seperti migrain juga mempunyai efek di pendengaran, sehingga apabila keadaan pendengaran tidak kunjung baik segera menghubungi dokter untuk mendapatkan tes pendengaran. Kehilangan pendengaran yang terlambat untuk dideteksi dapat mengakibatkan orang tersebut merasa depresi dan kesepian. Efek diagnosa yang terlambat di anak-anak dapat menyebabkan anak tersebut tidak mendapatkan terapi yang sesuai dengan kebutuhan.

Baca Juga: Tips Mendengarkan dengan Headphone tanpa Membuat Telinga Rusak

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya