Kita semua pasti pernah memiliki saat-saat di mana kita merasa lebih baik menahan emosi daripada mengekspresikan perasaan yang kita alami. Terlebih, banyak anggota masyarakat yang beranggapan bahwa orang yang tidak emosional adalah pribadi yang kuat.
Padahal, terlalu sering menahan emosi juga bukanlah tindakan yang baik. Ada beberapa masalah kesehatan mental dan fisik yang akan kamu alami jika terlalu sering menahan emosi, seperti masalah-masalah di bawah ini.
Sering menahan emosi bukanlah hal baik. Sebab bagaimanapun juga, emosi harus dilepaskan pada titik tertentu, dan kerap mengalami tantrum hanya karena hal-hal sepele adalah tanda nyata bahwa kamu seseorang sedang memendam emosi yang jauh lebih besar.
Selain itu, tantrum dan suka mengamuk adalah sikap yang kekanak-kanakan. Untuk itu, orang dewasa seharunya bisa mengatasi masalah dan melepaskan emosi tanpa perlu tantrum dan membuat orang lain kebingungan.
Orang yang suka menahan emosi mungkin dari luar akan tampak tangguh, bahkan bisa menjadi pendengar dan pemberi nasihat yang baik bagi orang yang membutuhkan. Sayangnya, dari dalam, orang tersebut justru akan sering merasa kesepian.
Bahkan bukan tidak mungkin, kamu akan menganggap orang lain egois lantaran hanya membicarakan dan mempedulikan perasaannya saja. Padahal kenyataannya, kamulah yang suka menyembunyikan emosi.
Melansir dari The New York Times, otot-otot corrugator di dahi dan alis mengencang sebagai respons terhadap stres emosional, menghasilkan kerutan, dan otot-otot corrugator yang kencang sering menjadi indikator stres di seluruh tubuh.
Ketika otot-otot ini mengencang, aliran darah ke otak akan berkurang, yang mana hal ini akan memicu sakit kepala dan migrain atau sakit kepala sebelah.
Nyeri kepala dan leher adalah salah satu gejala paling umum dari emosi yang tertahan, hal ini dimunculkan karena menahan stres atau tekanan menyebabkan otot-otot di rahang mengencang. Selain itu, rasa nyeri ini juga bisa disebabkan oleh penggunaan otot yang berlebihan, misalnya mengeretakkan gigi atau rahang saat kamu sedang menahan emosi.
Sering merokok, minum obat, makan terlalu banyak atau sedikit, olahraga berlebihan adalah gejala ketika seseorang tengah berusaha menghindari sebuah masalah sebenarnya. Melansir dari laman Learning-mind, gejala ini biasa dialami oleh seseorang yang menutupi masalah.
Jika kamu terus-menerus menyembunyikan perasaanmu yang sebenarnya, tubuhmu akan berada di bawah banyak tekanan dan menghasilkan hormon stres yang disebut kortisol. Mekanisme ini berfungsi untuk menetralkan pelepasan adrenalin, tetapi efek sampingnya adalah menekan nafsu makan.
Kondisi ini kemudian mengarah pada penurunan berat badan pada awalnya, tetapi segera setelah adrenalin menghilang, kortisol mengambil alih dan nafsu makanmu kembali bahkan berkali-kali lipat lebih tinggi, yang mengarah pada kenaikan berat badan yang signifikan.
Mengekspresikan emosi tidaklah selalu identik dengan hal negatif. Dan menahan emosi juga tidak selalu bisa menjadi pilihan yang baik. Untuk itu, mempelajari cara mengekspresikan emosi secara sehat adalah hal yang mutlak diperlukan semua orang.