Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Bahaya Obesitas yang Mengintai Anak, Cegah sebelum Terlambat

ilustrasi kelebihan berat badan pada anak (freepik.com/jcomp)

Orang dewasa kerap memandang anak dengan berat badan berlebih sebagai anak yang "imut", "subur", atau bahkan "gizi terlalu baik". Dan, sering kali orang-orang di sekitar anak-anak tersebut menganggapnya gemas dan tak sedikit mencubit lembut pipinya.

Masih banyak orang dewasa yang menganggap anak yang kelebihan berat badan atau obesitas tidak perlu dikhawatirkan karena masih usia pertumbuhan. Padahal, menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), peningkatan jumlah anak overweight dan obesitas usia 5–12 tahun hingga 18,8 persen. Belum lagi dengan banyaknya risiko kesehatan yang mengintai anak akibat obesitas.

Penting untuk diketahui orang tua, inilah sejumlah bahaya dari obesitas yang dapat mengintai anak.

1. Obstructive sleep apnea

ilustrasi anak chubby (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Seperti dijelaskan dalam laman Mayo Clinic, anak dengan kelebihan berat badan berisiko lebih tinggi terjangkit penyakit saluran napas, seperti asma dan obstructive sleep apnea (OSA).

OSA adalah gangguan pernapasan saat anak berulang kali mengalami henti napas saat tidur. Penimbunan lemak menyempitkan jalan napas bagian atas, sehingga lebih rentan terjadi sumbatan selama tidur. Tumpukan lemak di perut membuat napas menjadi lebih cepat dan dangkal.

OSA berpengaruh besar pada aktivitas anak karena menyebabkan kantuk pada siang hari, defisit neurokognitif seperti kehilangan konsentrasi dan memori, serta penurunan fungsi belajar. Pada anak usia sekolah, tentunya ini dapat berdampak pada prestasi anak.

2. Nyeri sendi

ilustrasi anak dengan berat badan normal (unsplash.com/Picsea)

Masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan tulang dan otot tercepat selama kehidupan. Orang tua harus memastikan ini berjalan optimal. Nah, obesitas dapat berdampak buruk pada pertumbuhan tulang dan otot anak.

Menurut laporan dalam International Journal of Obesity, berat badan berlebih pada anak memberi  tekanan lebih besar pada tulang rawan, sehingga bantalan persendian saling menyentuh satu sama lain ketika tulang bergerak. Hal ini dapat merusak tulang rawan dan membuat sendi menjadi aus.

Apabila tulang rawan rusak pada usia anak-anak, ini dapat memicu osteoarthritis. Tidak hanya itu, anak dengan obesitas berisiko lebih tinggi mengalami patah tulang hingga kelainan bentuk tulang.

3. Gangguan menstruasi

ilustrasi obesitas (pexels.com/Moe Magners)

Pada anak perempuan yang memasuki usia pubertas, obesitas menjadi masalah tersendiri yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi.

Menurut laporan dalam jurnal Annals of the Academy of Medicine of Singapore, anak perempuan dengan obesitas mengalami menarche (haid pertama) lebih awal, biasanya sebelum usia 10 tahun.

Selain lebih cepat mengalami menstruasi, anak perempuan yang memiliki berat badan berlebih juga berisiko memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur hingga terhentinya siklus menstruasi. Hal ini diyakini akibat lemak viseral pada remaja putri obesitas mencetuskan resistansi insulin, sehingga lebih sering mengalami sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan memiliki kadar hormon androgen berlebih (hiperandrogenisme) yang berpengaruh terhadap siklus menstruasi.

4. Masalah emosi dan tekanan sosial

ilustrasi anak makan cake (unsplash.com/Henley Design Studio)

Anak-anak yang mengalami obesitas memang memiliki tubuh yang "sedikit berbeda" dengan anak-anak kebanyakan. Bahkan, obesitas digambarkan sebagai “salah satu kondisi yang  paling tidak dapat diterima secara sosial di masa kanak-kanak".

Bukan tidak mungkin bahwa anak yang kelebihan berat badan akan diejek atau menjadi korban perundungan oleh teman-teman sebayanya. Kondisi tersebut dapat menurunkan harga diri serhingga meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.

Laporan dalam Journal of Family Medicine and Primary Care menyebutkan bahwa anak dengan obesitas kerap menghadapi masalah sosial seperti stereotip negatif, diskriminasi, dan sering dikecualikan dari aktivitas, terutama aktivitas yang membutuhkan kemampuan fisik.

Sering kali anak dengan obesitas menemui kesulitan dalam aktivitas fisik karena mereka cenderung lebih lambat dari teman sebayanya dan mengalami sesak napas. Masalah sosial ini dapat berujung dengan kepercayaan diri rendah, citra tubuh negatif, dan penurunan performa akademik anak.

5. Prestasi akademik terganggu

ilustrasi anak merasa frustrasi (freepik.com/jcom)

Obesitas pada masa kanak-kanak juga berdampak negatif terhadap prestasi akademik anak. Sebuah penelitian dalam Journal of the American Medical Association menyebutkan bahwa anak-anak yang kelebihan berat badan 4 kali lebih besar mengalami masalah akademik di sekolah daripada teman sebayanya yang dengan berat badan normal.

Anak obesitas juga lebih sering tidak masuk sekolah, sebagian besar akibat masalah kesehatan seperti diabetes dan asma. Pada akhirnya, hal ini dapat memengaruhi prestasi akademik. Jangan sampai ini terjadi pada si kecil ya, Moms.

6. Potensi masalah kesehatan ketika dewasa

ilustrasi obesitas (freepik.com/jcomp)

Anak dengan obesitas juga memiliki potensi yang lebih besar untuk mengidap penyakit kronis ketika mereka menginjak usia dewasa. Menurut laporan dalam Journal of Family Medicine and Primary Care, meskipun sebagian besar penyakit yang terkait obesitas anak dapat dicegah dan hilang ketika anak mencapai berat badan sehat, tetapi masih banyak anak yang mengalami penyakit kronis terkait obesitas ketika berusia dewasa.

Obesitas pada masa kanak-kanak telah dikaitkan dengan berbagai kondisi medis ketika dewasa, seperti: 

Dahulu, kondisi kesehatan di atas seringnya hanya ditemukan pada orang dewasa. Namun, saat ini beberapa penyakit sudah cukup umum ditemukan pada anak dengan obesitas. Pada kasus obesitas tingkat berat, beberapa kondisi kesehatan di atas bisa mengakibatkan risiko kematian.

Itulah ulasan mengenai beberapa bahaya dari obesitas yang mengintai anak. Meskipun berat badan berlebih membuat anak terlihat menggemaskan, tetapi lebih baik mencegah obesitas mulai sekarang supaya si kecil tetap sehat dan tumbuh dengan optimal. Anak sehat, bebas obesitas!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indira swastika utama
EditorIndira swastika utama
Follow Us