8 Karakter Disney Princess Ini Diduga Punya Gangguan Mental

Dalam dunia film animasi, karakter Disney Princess sering kali digambarkan sebagai sosok sempurna dengan menawan. Namun, beberapa karakter ini diduga memiliki perilaku yang mengarah pada gangguan mental. Berbagai tanda-tanda tersebut bisa dilihat dari pola interaksi, pola pikir, emosi, dan tingkah laku dari karakter tersebut.
Meski demikian, kategori gangguan mental yang dialami oleh karakter Disney Princess ini belum bisa dipastikan secara medis dan hanya diduga berdasarkan pengamatan para ahli psikologi.
Berikut adalah beberapa karakter Disney Princess yang diduga mengalami gangguan mental.
1. Cinderella: Dependent personality disorder

Dalam psikologi, dependent personality disorder (DPD) atau gangguan kepribadian dependen adalah kondisi saat seseorang memiliki pola perilaku yang sangat bergantung pada orang lain untuk merasa aman dan bahagia, hingga menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Nah, Cinderellah diduga memiliki DPD. Dalam filmnya, Cinderella mengalami perlakuan buruk dari ibu tiri dan saudara tiri yang membuatnya merasa takut dan terisolasi. Namun, ia juga sangat bergantung pada tokoh-tokoh yang baik hati seperti peri ibu dan binatang-binatang peliharaannya. Ia merasa sangat bergantung pada mereka untuk mendapatkan dukungan emosional dan melindungi dirinya dari rasa takut dan rasa tidak aman.
Menurut artikel berjudul "Cinderella and Her Sisters: The Pervasiveness of the Cinderella Archetype in Contemporary Popular Culture" oleh Susan R. Meyer tahun 2015, Cinderella mengalami DPD karena perilakunya yang sangat bergantung pada orang lain dan kurangnya kemampuan untuk membuat keputusan secara mandiri.
Meyer juga menyebut bahwa Cinderella terus-menerus berusaha untuk memuaskan orang lain dan kurang percaya diri dalam hubungannya dengan sang pangeran, bahkan ketika ia telah menemukan kebahagiaannya.
2. Snow White: Post-traumatic stress disorder

Post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pasca trauma adalah kondisi saat seseorang mengalami gejala psikologis setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis yang mengancam nyawa atau mengancam keutuhan fisik dirinya atau orang lain.
Dalam kisahnya, Snow White mengalami ancaman pembunuhan dari ibu tiri yang jahat. Ia dikejar dan nyawanya terancam hingga harus bersembunyi di hutan. Walaupun kemudian Snow White bertemu dengan tujuh kurcaci yang baik hati dan selamat dari ancaman, tetapi pengalaman traumatis tersebut mungkin telah memberikan dampak jangka panjang pada kesehatan mentalnya.
Menurut artikel berjudul "Disney's 'Snow White and the Seven Dwarfs': The Perceived Pervasiveness of Trauma" oleh Sarah J. Gervais tahun 2017, karakter Snow White mengalami gejala-gejala yang konsisten dengan PTSD, termasuk ketakutan dan ketegangan berlebihan, mimpi buruk berulang, serta perubahan perilaku dan suasana hati.
Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa pengalaman Snow White dalam film menunjukkan bahaya dari kekerasan terhadap perempuan dan dampak jangka panjangnya pada kesehatan mental.
3. Belle: Stockholm syndrome

Stockholm syndrome adalah kondisi psikologis ketika seseorang yang menjadi korban penyanderaan, penculikan, atau menjadi tawanan mulai mengembangkan simpati atau empati pada pelaku.
Seseorang dengan Stockholm syndrome mungkin menganggap penyandera sebagai sahabat atau pelindung, meskipun sebenarnya mereka tidak memiliki alasan untuk percaya demikian.
Dalam film Beauty and the Beast (1991), Belle diculik oleh Beast dan disekap di dalam kastil. Pada awalnya, Belle merasa takut dan cemas, tetapi kemudian mereka mulai menjalin hubungan yang lebih dekat. Saat Belle diizinkan untuk keluar dari kamarnya dan mulai mengeksplorasi kastil, ia mulai melihat sisi baik Beast. Belle kemudian menjadi makin terikat dengan Beast dan merasa ia bertanggung jawab untuk menyelamatkan Beast dari kutukan yang menimpanya.
Menurut artikel berjudul "Stockholm Syndrome in Beauty and the Beast" oleh Leslie Margolis tahun 1994, Belle mengalami Stockholm syndrome karena ia secara bertahap mulai merasa simpati dan terikat emosional dengan Beast, meskipun ia tahu dirinya ditahan.
Disebutkan juga bahwa Belle tidak hanya mengembangkan rasa simpati terhadap Beast, tetapi juga menjadi makin menempatkan dirinya dalam bahaya demi melindungi Beast.
Namun, pada kemudian hari, Stockholm syndrome dikritik oleh banyak ahli karena sulit untuk dibuktikan dan kurang akurat dalam menjelaskan perilaku korban dalam situasi penyanderaan.
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa orang yang mengalami situasi seperti Belle mungkin tidak sepenuhnya mengembangkan Stockholm syndrome, tetapi lebih cenderung mencari cara untuk bertahan hidup dan meredakan stres psikologis yang mereka alami.
5. Elsa: Avoidant personality disorder

Karakter Disney Princess Elsa yang muncul dalam film Frozen (2013) memiliki karakteristik yang menunjukkan gejala gangguan kepribadian menghindar atau avoidant personality disorder (APD). Ini merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan rasa inferioritas, ketakutan terhadap kritikan, penolakan dan perasaan tidak aman dalam hubungan interpersonal.
Dalam film Frozen, Elsa mengalami perasaan inferioritas dan ketakutan terhadap kritikan. Elsa merasa tidak aman dan enggan berhubungan dengan orang lain, bahkan dengan saudara kembarnya, Anna. Hal ini terlihat ketika Elsa selalu menghindari Anna dan bersembunyi dari orang lain. Elsa juga cenderung menolak bantuan dari orang lain, termasuk orang tua dan penasihat kerajaan.
Sebuah penelitian dalam jurnal Comprehensive Psychiatry tahun 2016 menunjukkan bahwa pengalaman trauma masa kecil dan lingkungan keluarga yang tidak stabil dapat memengaruhi perkembangan gangguan kepribadian menghindar.
Elsa dalam film Frozen juga mengalami trauma masa kecil ketika ia secara tidak sengaja melukai Anna dengan kekuatan es yang dimilikinya. Trauma ini membuat Elsa merasa bersalah dan enggan berhubungan dengan orang lain, bahkan dengan saudaranya sendiri.
Penelitian lain berjudul "Avoidant personality disorder: current insights" tahun 2015 menyebutkan bahwa orang yang mengalami gangguan kepribadian menghindar cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan mudah merasa terancam. Hal ini terkait dengan keengganan Elsa untuk membuka diri kepada orang lain dan ketakutan terhadap kritikan.
5. Anna: Attention deficit hyperactivity disorder

Ada beberapa artikel yang menghubungkan karakter Anna dari Frozen dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), yang merupakan gangguan neurodevelopmental yang memengaruhi fungsi eksekutif, impulsivitas, dan hiperaktivitas.
Beberapa penelitian telah mengemukakan argumen bahwa karakter Anna menunjukkan ciri-ciri ADHD, seperti kesulitan untuk memusatkan perhatian, mudah terdistraksi, impulsif, serta sulit mengontrol emosi dan perilaku.
Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Oner dan kawan-kawan pada 2020 menggambarkan bahwa Anna memiliki kesulitan untuk fokus dan rentan terhadap gangguan perhatian yang memperburuk kondisi ADHD-nya.
Selain itu, dilansir Healthline, Anna menunjukkan perilaku impulsif dan sering bertindak tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya. Misalnya, saat Anna merencanakan perjalanan ke gunung bersama Kristoff, ia melompat ke atas kuda tanpa memikirkan keselamatan dirinya sendiri.
6. Aurora: Major depressive disorder

Aurora adalah karakter dari film animasi Disney Princess yang muncul dalam film Sleeping Beauty (1959). Karakter Aurora digambarkan sebagai seorang putri menawan dan lembut yang hidup dalam dunia dongeng. Meskipun begitu, beberapa analisis menunjukkan bahwa Aurora mungkin mengalami gangguan mental, terutama gangguan depresi mayor.
Depresi mayor adalah gangguan suasana hati yang serius dan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Beberapa gejala depresi mayor yang mungkin dialami oleh karakter Aurora adalah hilangnya minat atau kegembiraan pada aktivitas yang biasa dilakukan, perasaan sedih atau kekosongan yang intens, kelelahan, kegelisahan, dan kesulitan tidur atau tidur berlebihan.
Dilansir Psychology Today, penulis dan psikolog Deborah Serani, PsyD, mengatakan bahwa Sleeping Beauty adalah contoh bagus dari seorang karakter yang mengalami depresi mayor.
Serani menyebut bahwa Aurora mungkin mengalami depresi mayor setelah diculik oleh penyihir jahat dan dijebak dalam tidur panjang selama bertahun-tahun. Ia mencatat bahwa Aurora tampak kehilangan minat pada kehidupannya, tidak menunjukkan emosi yang kuat, dan tampaknya kurang bersemangat.
Penulis lain, Samantha Whitehead, mengulas karakter Aurora dalam konteks depresi mayor dalam artikelnya yang berjudul "The Psychology of Disney Princesses: Aurora" di laman web The Artifice.
Whitehead menyatakan bahwa Aurora mengalami depresi mayor yang disebabkan oleh perasaannya yang terjebak dalam situasi yang sia-sia dan kehilangan kontrol atas hidupnya. Ia mencatat bahwa Aurora tampak tidak berdaya dan pasrah selama kebanyakan film, dan menyimpulkan bahwa karakter tersebut mungkin mengalami depresi mayor.
7. Merida: Antisocial personality disorder

Merida adalah karakter Disney Princess dalam film animasi Brave (2012). Karakter ini sering kali dikritik karena memiliki sifat yang kurang menyenangkan dan terkadang terkesan egois. Beberapa orang menyebut bahwa Merida memiliki gangguan kepribadian antisosial atau antisocial personality disorder (ASPD).
ASPD adalah suatu gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku antisosial, manipulatif, tidak mempedulikan hak orang lain, dan sering kali tidak memiliki rasa bersalah.
Beberapa gejala yang sering dikaitkan dengan ASPD adalah kecenderungan untuk mempermalukan atau menipu orang lain, berkelahi atau merencanakan kekerasan terhadap orang lain, dan kesulitan dalam mempertahankan hubungan yang stabil. Diagnosis ASPD harus dilakukan oleh profesional kesehatan mental berdasarkan kriteria diagnostik yang telah ditetapkan.
Meskipun karakter Merida hanya fiktif, tetapi beberapa ahli telah melakukan analisis terhadap karakter ini untuk menentukan apakah ia benar-benar memiliki gejala ASPD atau hanya memiliki sifat yang kurang menyenangkan.
Sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal Psychiatry, Psychology and Law pada 2016, peneliti Maria Gardini dan rekannya memeriksa karakter Merida berdasarkan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder.
Dalam penelitiannya, Gardini menemukan bahwa karakter Merida memang memiliki beberapa gejala yang terkait ASPD, seperti ketidakpedulian terhadap kebutuhan orang lain dan kecenderungan untuk melakukan tindakan impulsif tanpa memikirkan konsekuensi yang akan terjadi. Namun, Gardini juga menyatakan bahwa karakter ini tidak dapat didiagnosis secara langsung karena ia hanya karakter fiksi.
Gardini juga mengatakan bahwa analisis terhadap karakter fiksi dapat memberikan wawasan yang menarik tentang bagaimana gangguan kepribadian tertentu dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ia menekankan bahwa analisis ini harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak boleh digunakan untuk mengambil kesimpulan tentang seseorang yang nyata.
8. Ariel: Body dysmorphic disorder

Ariel adalah karakter Disney Princess yang menjadi ikon bagi banyak orang. Namun, beberapa ahli psikologi mencurigai bahwa Ariel mengalami gangguan body dysmorphic disorder (BDD), yaitu suatu kondisi saat seseorang memiliki obsesi terhadap kekurangan fisik tertentu pada dirinya dan merasa tidak puas dengan penampilannya, meskipun kekurangan tersebut mungkin tidak terlihat oleh orang lain.
Artikel bertajuk "Body image and Disney Princesses" yang ditulis oleh Sarwer dan Brown tahun 2010 mengungkapkan bahwa banyak karakter Disney Princess, termasuk Ariel, memiliki proporsi tubuh yang tidak realistis dan dapat menyebabkan anak-anak merasa tidak puas dengan penampilan mereka sendiri. Mereka juga menyatakan bahwa karakter-karakter tersebut dapat memperkuat stereotip gender yang tidak sehat dan tidak realistis.
Lebih lanjut, penelitian dalam Journal of Public Health Policy tahun 2017 menunjukkan bahwa eksposur anak-anak pada citra tubuh yang tidak realistis dapat menyebabkan peningkatan perasaan tidak puas terhadap penampilan mereka sendiri, yang dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan BDD. Oleh karena itu, perlu diambil tindakan untuk membatasi paparan anak-anak terhadap citra tubuh yang tidak realistis dan mempromosikan penampilan yang sehat dan realistis.
Itulah delapan karakter Disney Princess yang diduga mengalami gangguan mental. Namun, perlu diingat bahwa karakter fiksi bukanlah representasi yang akurat dari kondisi medis yang sebenarnya. Meskipun demikian, melalui pengamatan terhadap karakter-karakter ini, kita dapat memahami bahwa kesehatan mental adalah suatu hal yang penting. Semoga artikel ini memberikan informasi dan pemahaman yang bermanfaat buat kamu, ya!