Sekitar 808 Juta Orang akan Idap Polineuropati Diabetik Tahun 2050

Sangat sedikit orang yang tahu tentang neuropati. Bahkan, 80 persen pasien neuropati tidak menyadari bahwa mereka hidup dengan kondisi tersebut dan tidak terdeteksi. Salah satu penyebab neuropati adalah diabetes.
Neuropati perifer bisa memengaruhi dan merusak banyak saraf. Kondisi ini disebut sebagai polineuropati. Diperkirakan, 808 juta orang di seluruh dunia akan mengalami polineuropati diabetik pada tahun 2050. Mengkhawatirkan, bukan?
P&G Health Asia Pacific Virtual Media Roundtable digelar pada Jumat sore (19/5/2023) dalam rangka memperingati Neuropathy Awareness Week 2023. Acara ini menghadirkan beberapa narasumber, dua di antaranya adalah Aalok Agrawal (Senior Vice President P&G Health untuk kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika) serta Dr. Rainer Freynhagen (Spesialis Anestesiologi, Perawatan Intensif, Manajemen Nyeri, Perawatan Paliatif, dan Manajemen Olahraga). Simak, yuk!
1. Mengenal neuropati lebih dekat
Neuropati adalah ketika kerusakan saraf menyebabkan nyeri, kelemahan, kesemutan, atau mati rasa di satu bagian tubuh atau lebih. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari penyakit, infeksi, cedera, obat-obatan, hingga penyalahgunaan alkohol jangka panjang.
Salah satu jenis neuropati adalah neuropati perifer, yang memengaruhi saraf di bagian luar tubuh seperti kaki, tungkai, tangan, dan lengan. Menurut Aalok, neuropati perifer dialami oleh 1 dari 10 orang dan 1 dari 2 pasien diabetes.
Jenis neuropati lain yang perlu dikenali adalah neuropati otonom (kerusakan pada saraf yang mengontrol fungsi otomatis tubuh seperti pencernaan, tekanan darah, dan kandung kemih) serta mononeuropati (hanya memengaruhi satu saraf, contohnya adalah carpal tunnel syndrome dan Bell's palsy).
2. Gejala yang sering dikeluhkan

Dokter Rainer memaparkan gejala neuropati yang sering dikeluhkan, yaitu mati rasa, kesemutan, hingga sensasi terbakar atau seperti sengatan listrik. Selain itu, juga bisa menyebabkan kelemahan otot, masalah keseimbangan, dan hilangnya gerakan atau fungsi tubuh, mengutip HealthDirect.
Sayangnya, sebagian besar pasien tidak menganggap serius gejala tersebut dan tidak mengerti bahwa ada kaitannya dengan saraf. Bahkan, sering kali luput dari pengamatan dokter. Ini yang membuat neuropati kurang terdiagnosis.
"Dari keseluruhan jumlah dokter, kurang dari sepertiganya saja yang memiliki keyakinan untuk mengetahui gejala dan tanda-tanda neuropati perifer secara tepat. Sangat mengkhawatirkan bahwa bagi banyak dokter, nyeri neuropatik sering kali dianggap tidak terlalu penting dibandingkan dengan gejala lain yang dialami oleh pasien," ungkapnya.
3. Prevalensi neuropati di berbagai negara
Dalam sebuah studi di Bali, Indonesia, dari 110 pasien dengan diabetes melitus tipe 2, sebanyak 54 persen di antaranya mengalami neuropati diabetik yang menyebabkan rasa nyeri. Bagaimana dengan negara lain? Berikut data yang dihimpun oleh P&G Health:
- Prevalensi neuropati perifer diabetik di Singapura dilaporkan sebesar 28 persen. Faktor risiko yang signifikan adalah usia, etnis (terutama India), penggunaan insulin, serta kondisi medis tertentu seperti retinopati diabetik dan stroke.
- Di Malaysia, 51 persen penderita diabetes mengalami neuropati periferal.
- Di Filipina, prevalensi neuropati diabetik adalah 42 persen dari 2.708 pasien diabetes. Ini berdasarkan studi yang dilakukan oleh DiabCare Asia pada tahun 2000.
- Neuropati perifer memengaruhi 34-35 persen populasi Uni Emirat Arab yang menderita diabetes.
- Neuropati perifer yang menyebabkan nyeri dialami oleh lebih dari 65 persen penderita diabetes di Arab Saudi.
4. Neuropati bisa menurunkan kualitas hidup

Jangan meremehkan neuropati karena bisa menurunkan kualitas hidup. Menurut Dr. Rainer, 1 dari 2 orang dengan neuropati perifer diabetik akan berkembang menjadi menyakitkan dan dikaitkan dengan kecemasan, depresi, dan kualitas tidur yang buruk.
Bagaimana neuropati memengaruhi kualitas tidur? Dilansir Everyday Health, gejala neuropati seperti sensasi abnormal atau hipersensitivitas terhadap sentuhan (terutama di kaki atau tungkai) bisa membuat kita sulit tidur. Rasa sakit juga lebih intens pada malam hari.
Di sisi lain, berdasarkan penelitian dalam jurnal Pain Research & Management tahun 2020, prevalensi depresi pada pasien neuropati perifer diperkirakan sekitar 30 persen. Makin tinggi intensitas nyeri, makin besar risiko depresi.
5. Untuk kesehatan saraf, konsumsi vitamin B1, B6, dan B12
Vitamin B neurotropik (B1, B6, dan B12) sangat penting untuk kesehatan saraf dan mendukung regenerasi saraf. Masing-masing memiliki peran yang vital, antara lain:
- Vitamin B1 (tiamina): Memiliki peran kunci dalam mengubah karbohidrat menjadi energi yang dibutuhkan sel saraf agar bisa berfungsi dengan baik. Vitamin B1 bisa didapatkan dari ikan, beras, biji-bijian, dan legum (kacang polong, kedelai, atau buncis).
- Vitamin B6 (piridoksina): Berperan penting untuk memastikan serabut saraf mampu mengirim sinyal secara efektif dan memproduksi neurotransmiter vital, yang menyampaikan pesan dari otak ke sel-sel di seluruh tubuh. Sumber vitamin B6 adalah daging unggas, ikan, produk susu, dan kentang.
- Vitamin B12 (kobalamin): Perannya adalah meregenerasi serabut saraf dan memperbaiki kerusakan saraf. Vitamin B12 bisa didapatkan dari daging, ikan, produk susu, telur, dan sereal yang difortifikasi.